Rohana Penjual Donat Keliling, 10 Tahun Jalan Kaki Demi Bantu Suami
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh Lewati rintang untuk aku anakmu Ibuku sayang masih terus berjalan Walau tapak kaki Penuh darah penuh nanah Seperti udara Kasih yang engkau berikan Tak mampu \'ku membalas Ibu Ibu Bait-bait lagu milik Iwan Fals berjudul Ibu itu seolah menjadi gambaran betapa beratnya perjuangan seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya. Itu juga tergambar dalam perjalanan kehidupan Rohanah (60), warga Kelurahan Cirendang, Kecamatan Kuningan. Di usianya yang tak muda lagi, Rohanah gigih berjuang keras menghidupi keluarganya. Tak peduli panas atau hujan, saban hari, ibu tiga anak itu berjalan kaki lebih dari 20 kilometer untuk menjajakan dagangannya. Itu dilakukannya lebih dari 10 tahunan. Tak pelak, Rohanah sudah kenyang pengalaman dan merasakan pahit getirnya kehidupan yang harus dialaminya. Dan entah sudah berapa puluh kali Rohanah mengganti sandalnya yang rusak sejak berjualan keliling menyusuri jalanan beraspal serta perkampungan di sekitar kota Kuningan dari tahun 2010. Rohanah tak bisa mengingatnya. Yang dia ingat dan selalu terngiang adalah bagaimana caranya dagangannya laku supaya bisa membawa pulang uang, demi menghidupi ketiga anaknya. Rohanah terpaksa berjualan lantaran penghasilan yang diperoleh suaminya dari menarik angkot tidak menentu. Ya, sehari-hari Rohanah berjualan donat yang dibelinya dari tetangga di kampungnya. Barang dagangannya dimasukan ke dalam tepak plastik bersusun enam. Donat aneka rasa itu diambil dari tetangganya seharga Rp2.500 per biji. Berbeda dengan pedagang keliling lainnya yang masih bisa mengembalikan dagangannya jika tidak laku, donat yang diambil Rohanah sama sekali tidak bisa kembali kalau tidak habis. Dalam perjanjian dengan pemilik produksi donat, semua donat yang diambilnya harus dibayar laku tidak laku. Mau tidak mau wanita itu menerimanya. Rohanah menceritakan, dia mulai berjualan sejak pukul 8.00 WIB. Rute yang ditempuh setiap harinya berbeda. Dari rumahnya di Cirendang, dia menyusuri Jalan Siliwangi, RE Martadinat, Jalan Cut Nyak Dien, terus ke Kelurahan Winduhaji. Di Jalan Cut Nyak Dien, Rohanah masuk ke kampus Uniku. Di hari lainnya, dia menjajakan dagangannya sepanjang Jalan Siliwangi hingga pusat kota lalu memutar ke Jalan Veteran, Pramuka dan Cijoho. “Lumayan pegal juga jalan kaki, apalagi kalau cuacanya panas. Dulu waktu masih ada car free day (CFD), setiap hari Minggu saya jualan dan sering habis. Sekarang enggak ada CFD, saya enggak jualan,” terang dia. Sebelum berjualan, Rohanah menyiapkan barang dagangannya yang dimasukan ke dalam 10 tepak. Lalu, dia menyusun enam tepak yang diikat tali lalu ditaruh di atas kepalanya, sedangkan empat tepak susun lainnya digenggam tangannya yang sudah mulai keriput. “Saya mulai berjualan sekitar 10 tahun lalu. Jualannya muter-muter sekitar kota Kuningan sampai Kelurahan Winduhaji. Tiap hari jalan kaki,” katanya. Menjajakan donat keliling dilakoninya demi menambah penghasilan keluarga. Sebab, pendapatan yang diperoleh suaminya terus menurun. Apalagi di tengah pandemi corona seperti sekarang ini, uang yang dibawa pulang suaminya tidak tentu jumlahnya. “Terpaksa jualan donat pak. Saya ambil donat ini dari tetangga. Sekali berjualan, saya membawa 150 donat aneka jenis. Harganya dari yang bikin Rp2.500 per biji, dan saya menjualnya Rp3 ribu. Kalau habis semua, keuntungan yang saya peroleh Rp75 ribu. Donat ini tidak bisa kembali jika tidak laku. Karena itu, saya harus rajin keliling supaya semua donat terjual,” ujar Rohanah seraya menyeka peluhnya. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: