Muncul di Awal Musim Hujan, Bunga Bangkai Baunya Mengganggu Pernapasan
Masyarakat Desa Linggasana, Kecamatan Cilimus, dibuat heboh dengan kehadiran puluhan bunga bangkai di lahan perkebunan milik warga di Dusun Manis. Keberadaan bunga berbau menyengat ini pun sempat diabadikan oleh warga hingga viral di media sosial dan menjadi tontonan warga yang penasaran. M TAUFIK, Kuningan Salah satu warga Dusun Manis bernama Inta mengungkapkan, kemunculan bunga bangkai tersebut terjadi sekitar empat hari yang lalu. Kala itu dia dibuat bingung dengan bau bangkai menyengat di rumahnya namun tidak diketahui sumbernya dari mana. \"Saya cari-cari sumber bau bangkai tersebut mulai dari kolong ranjang, dapur, di atas plafon hingga belakang rumah, tapi tidak ada bangkai. Kemudian saya cari ke kebun depan rumah, ternyata baunya semakin menyengat, dan terlihat ada beberapa bunga yang dikerubuti lalat. Baru ketahuan, ternyata bau tersebut berasal dari bunga suweg. Ada warga yang bilang ini yang namanya bunga bangkai,\" ungkap Inta. Serupa diungkapkan Cucu, yang mengaku sangat terganggu dengan bau bunga bangkai tersebut. Sampai-sampai, ada tamu yang datang ke rumahnya berbicara sambil menutup hidung karena tak kuat menahan bau. \"Saya tidak enak sendiri, dikiranya di dalam rumah saya ada bangkai. Padahal baunya berasal dari bunga di belakang rumah,\" ujar Cucu. Namun demikian, Cucu mengaku, sempat mengambil foto dan merekam keberadaan bunga bangkai tersebut menggunakan kamera handphone dan menyebarkannya di WhatsApp Group (WAG). Seketika keberadaan bunga bangkai di Desa Linggasana pun viral dan banyak orang yang datang untuk melihat langsung keberadaan bunga langka tersebut. \"Sebetulnya bunga bangkai ini sudah biasa untuk kami, karena selalu muncul di setiap pergantian musim dari kemarau ke hujan seperti sekarang. Tapi biasanya jumlahnya hanya beberapa saja, paling banyak tiga hingga lima, itu pun munculnya tidak berbarengan. Yang terjadi sekarang, jumlahnya banyak hingga mencapai 15 kuntum dan mekarnya hampir berbarengan. Makanya, baunya sangat menyengat,\" ujar Cucu. Atas kondisi ini, Cucu, Inta dan warga sekitar kebun tersebut memilih memotong setiap bunga bangkai yang muncul. \"Dari pada mengganggu pernapasan jadi tidak nyaman, jadi kami potong saja. Alhamdulillah, setelah dipotong mah tidak ada lagi keluar bau bangkai,\" ujar Cucu. Sementara itu Kasi Kesra Desa Linggasana Taopik Hidayat mengatakan, keberadaan bunga bangkai di Desa Linggasana adalah yang biasa terjadi setiap awal musim hujan seperti sekarang. Menurut Taopik, bunga tersebut sebenarnya masih satu famili dengan bunga bangkai raksasa yang kita kenal dengan sebutan bunga Raflesia Arnoldy. \"Hanya saja, ukuran bunga bangkai dari tanaman Suweg ini ukurannya lebih kecil. Diameter maksimal kelopak bunga ini sekitar 30 centimeter dan tingginya sekitar 40 centimeter saja. Berbeda dengan bunga Raflesia Arnoldy yang bisa mencapai tinggi lebih dari 2 meter,\" ujar Taopik. Dengan hadirnya belasan hingga puluhan bunga bangkai di Desa Linggasana, menurut Taopik, merupakan fenomena luar biasa dan menganggapnya biasa-biasa saja. \"Oleh karena itu, kami dari pemerintah desa pun tidak memperlakukan keberadaan bunga bangkai mini ini secara istimewa. Bahkan kami tidak melarang warga untuk memotong bunga tersebut. Silakan saja, daripada mengganggu dan membuat tidak nyaman silakan di potong saja,\" ujarnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: