Masih Ada Kaitan dengan Mbah Kuwu Sangkan, Banyak Kuwu Ziarah

Masih Ada Kaitan dengan Mbah Kuwu Sangkan, Banyak Kuwu Ziarah

Banyak petilasan di berbagai desa di Kabupaten Kuningan. Salah satunya yakni Situs Buyut Salam yang terletak di Desa Desa Sangkanerang, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan. Situs ini cukup ramai dikunjungi lantaran masih memiliki kaitan dengan Mbah Kuwu Sangkan, Cirebon.

ASEP KURNIA, Jalaksana

DESA Sangkanerang berbatasan langsung dengan Gunung Ciremai. Untuk menuju ke Situs Buyut Salam, pengunjung bisa melalui jalur Manis Kidul, Manis Lor, dan juga dari Bandorasa Wetan. Akses jalan menuju desa tersebut juga lumayan lebar dan kondisinya saat ini banyak mengalami kerusakan. Sepanjang perjalanan, pengunjung disuguhi pemandangan alam yang cukup indah dari ketinggian. Jalanan berkelok khas pegunungan dengan tanjakan panjang dan hamparan sawah, bisa membuat pikiran adem.

Situs Buyut Salam memiliki banyak cerita di samping kandungan sejarah yang patut untuk diketahui. Berada di kaki Gunung Ciremai, Situs Buyut Salam menjadi destinasi wisata religi bagi orang-orang yang ingin mendapat keberkahan dalam hidup. Banyak peziarah dari luar kota yang sengaja datang untuk mendapatkan keinginan mereka. Bahkan ada yang sampai rela bermalam di situs tersebut.

Kepala Desa Sangkanerang Sarman SE tak memungkiri jika banyak peziaran yang datang ke Buyut Salam. Mayoritas yang datang dari luar Kuningan. Dan kebanyakan, orang yang datang ke Situs Buyut Salam mempunyai sejumlah keinginan. Seperti posisi dalam pekerjaan atau jabatan tertentu.

\"Paling sering kalau musim pemilihan kuwu, banyak di antara mereka menyempatkan diri datang ke sini. Biasanya mereka berada di Buyut Salam selama berhari-hari, tergantung niatnya,\" ujar Sarman.

Dia menuturkan, di Buyut Salam ada batu berbentuk jubleg. Siapa saja yang berhasil mengangkat salah satu batu jubleg tersebut, maka keinginan mereka akan terkabul. \"Dan itu sering terbukti. Di Buyut Salam ada batu bentuk seperti jubleg (tempat untuk menumbuk padi, red). Pengunjung atau peziarah yang datang, biasanya akan mencoba mengangkat batu tersebut. Jika mampu mengangkatnya, maka keinginan mereka akan terkabul,\" papar Sarman,

Namun, kata dia, jika pengunjung atau peziaran memiliki niatan yang aneh-aneh, jangan harap terkabul. Yang ada malahan didatangi seekor macan. \"Meski tidak ada batasan, tetapi di sini juga ada etika untuk berkunjung. Jangan sampai didatangi macan. Pengunjung yang punya niat aneh-aneh, keinginannya tidak akan terkabul. Jadi, sebelum masuk ke Buyut Salam, hilangkan pemikiran yang anek supaya keinginannya terkabul,\" ungkapnya.

Jadi, tambah Sarman, jangan coba-coba menganggu pohon-pohon yang ada di area situs. \"Kalau ada pohon di area situs ada yang tumbang itu bisa menjadi pertanda bagi warga kami,\" tambah Sarman.

Makanya di Desa Sangkanerang ada tradisi ratib atau menolak bala jika terjadi musibah yang luar biasa.  \"Usai salat Magrib, sekitar seratus orang lebih akan mengumandangkan azan secara serentak di setiap penjuru desa, dengan harapan kita terhindar dari musibah,\" ungkapnya.

Tradisi ratib masih berlangsung hingga sekarang, terakhir dilakukan saat wabah virus covid-19 menjadi pandemi di Indonesia. \"Kita masih menjaganya dan itu turun temurun,\" kata Sarman sambil menambahkan satu piring pisang ke meja tamu. Situs Buyut Salam sendiri masih memiliki keterkaitan dengan Mbah Kuwu Sangkan yang ada di Cirebon, hal tersebut diperkuat dengan penamaan Desa Sangkanerang yang berasal dari kata Sangkan. \"Makanya banyak kuwu dari wilayah Cirebon datang berkunjung ke sini untuk berziarah,\" kata Sarman.

Sedangkan penamaan Situs Buyut Salam sendiri berasal dari sebuah pohon salam yang pernah ada di lokasi tersebut. \"Pohonnya sudah tidak ada, tetapi nama pohonnya dijadikan situs,\" timpal juru kunci. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: