Pemuda Margabakti Manfaatkan Batok Kelapa untuk Berkarya

Pemuda Margabakti Manfaatkan Batok Kelapa untuk Berkarya

Banyaknya kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagai akibat dari pandemi Covid-19, membuat sekelompok pemuda di Desa Margabakti Kecamatan Kadugede harus memutar otak. Mereka pun menemukan jalan untuk berkarya dengan memanfaatkan batok kelapa sebagai bahan kerajinan tangan bernilai seni tinggi.

MUMUH MUHYIDDIN, Kuningan

Kerajinan tangan berkat kekompakan puluhan anak muda di Kampung Kaliwon desa tersebut, berupa sejumlah perabotan dan asesoris. Di antaranya berupa teko, gelas, nampan, dan beragam asesoris lainnya. Bahkan mereka pun sudah bisa membuat akuarium besar berbahan kayu dari pohon kelapa, dengan pernak pernik dari potongannya. 

Ide kerajinan tangan tersebut, awalnya hanya sebatas iseng belaka. Salah satu di antara mereka awalnya melihat banyak tempurung atau batok kelapa yang terbuang begitu saja. Ditambah lagi banyak pohon kelapa yang tumbang di kawasan hutan tak jauh dari pemukiman mereka.

Dari situlah, ada yang mencoba memanfaatkan batok kelapa tersebut untuk dibentuk menjadi teko, atau wadah penampungan air minum dengan bernilai seni. Pembuatannya pun dilakukan secara manual menggunakan pisau dapur.

Tak lama kemudian, teko dari batok kelapa tersebut ternyata dilihat oleh salah satu warga, dan kemudian dibeli dengan harga Rp100 ribu. Dari situ pula kemudian para pemuda dan remaja di kampung ini, bersepakat untuk membuat kelompok kerajinan tangan bernama Wana Makmur.

Menurut Diki, salah satu pengrajin batok kelapa di kampung tersebut, ide munculnya kerajinan tangan tersebut juga lantaran cukup banyak pemuda yang dulunya bekerja di sejumlah pabrik wilayah Jabodetabek, terkena PHK. Sehingga dengan terpaksa harus memutar otak untuk tetap berkarya menghasilkan pundi-pundi uang untuk keluarga, salah satunya dengan membentuk kelompok Kerajinan Tangan Wana Makmur.

“Kami baru berjalan selama dua bulan. Ada sekitar 36 pemuda di kampung Kaliwon Desa Margabakti ini yang mengerjakan pembuatan kerajinan tangan berbahan batok kelapa. Kami ada yang korban PHK dan juga ada remaja yang baru lulus sekolah,” kata Diki saat ditemui di rumahnya, sekaligus tempat kerajinan tangan tersebut, Selasa (9/3).

Dijelaskan Diki, gelombang PHK akibat covid-19 membuat perantau di Jabodetabek banyak yang terpaksa pulang ke kampung halamannya dan menganggur. Kebutuhan pekerjaan juga dirasakan para remaja yang baru lulus sekolah, baik SMP maupun SMA.

“Kerajinan ini juga sebenarnya diarahkan oleh paman saya, kebetulan pernah kerja di Jepara. Saya bersama 36 pemuda kampung Kaliwon membuat kerajinan berupa teko, gelas, nampan, aneka aksesoris, dengan memanfaatkan hasil alam yang melimpah. Kebetulan juga hutan di sini masih belum terjajah, batok kepala juga banyak,” jelasnya.

Pengerjaan teko cantik tersebut dilakukan Diki dan rekan-rekannya secara manual, dengan menggunakan peralatan seadanya. Meski demikian, hasilnya sangat memuaskan, sehingga kerajinan tersebut mulai diminati masyarakat setelah diposting melalui medsos.

“Barang yang bisa kita buat selain teko, gelas, nampan berbahan batok kelapa, kita juga mencoba membuat akuarium ukuran kecil dan besar, juga alat makan seperti mangkuk dan sendok. Insya Allah bisa,” ujar alumni SMKN 3 Kuningan itu.

Jika dipesan, pemuda ini dapat pula membuat saung unik berbahan batok dan kayu kelapa. Termasuk juga dapat membuat kebutuhan alat rumah tangga lainnya dengan berbagai ukiran berbahan batok kelapa. 

Meski dengan modal terbatas, Diki berharap warga Kuningan dan sekitarnya dapat tertarik membeli hasil kerajinannya. Hal itu agar para pemuda yang memerlukan pekerjaan di desanya, dapat kembali mendapat penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: