Napi Kembangkan Talas Bogor, Dapat Menghasilkan Penerimaan Bukan Pajak

Napi Kembangkan Talas Bogor, Dapat Menghasilkan Penerimaan Bukan Pajak

Sejumlah narapidana Lapas Kelas IIA Kuningan memanfaatkan lahan kosong di kawasan Open Camp Palutungan untuk ditanami talas bogor jenis ketan. Seperti apa kegiatan produktif bagi para napi tersebut? 

AGUS PANTHER, Kuningan

Di lahan seluas 20 ribu meter persegi milik Lapas Kelas IIA Kuningan ini, memang dimanfaatkan untuk pemberdayaan warga binaan dengan cara bertani hingga beternak sapi. Dari area lahan tersebut, sebelumnya sempat berhasil panen raya jenis sayuran kol. Kali ini para warga binaan kembali mengelola usaha pertanian dengan membudidayakan tanaman talas bogor jenis ketan.

Konsep pemberdayaan warga binaan dilakukan, agar setelah bebas menjalani masa hukuman bisa memiliki keahlian tertentu di bidang pertanian untuk dikembangkan di kampung masing-masing.

“Semua warga binaan yang mengelola pertanian itu memasuki masa asimilasi, dan tinggal menjalani masa hukuman antara tiga sampai empat bulan,” kata Kepala Lapas Kelas IIA Kuningan Gumilar Budirahayu dalam keterangan persnya, kemarin (5/4).

Menurutnya, selama ini Lapas Kelas IIA Kuningan memiliki potensi lahan begitu luas yang berlokasi di Palutungan Desa Cisantana.

“Jadi kemarin kami sudah mengusulkan kepada Direktorat Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi melalui Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Barat, agar Lapas Kuningan menjadi pilot project lapas produktif tahun 2021. Sekaligus pula sebagai lapas dengan sarana asimilasi dan edukasi,” terangnya.

Dia beranggapan, potensi lahan tersebut dapat menghasilkan penerimaan bukan pajak melalui kegiatan peternakan. Namun, masih terdapat lahan pertanian yang belum termanfaatkan jadi sekarang ditanami talas bogor jenis ketan.

“Dengan luas lahan 20.000 m2, area Palutungan merupakan potensi pertanian besar untuk Lapas Kuningan. Kami optimistis jika warga binaan itu memiliki keterampilan dan keahlian di bidang usaha pertanian, maka mereka siap bersaing di masyarakat dan juga percaya diri untuk kemandirian,” tandasnya.

Saat ini, lanjutnya, terdapat tanaman talas yang sudah memasuki masa panen. Tak sedikit pula calon konsumen yang datang ke lokasi itu, bahkan siap menampung komoditas pertanian warga binaan Lapas.

“Pemberdayaan usaha pertanian yang dikerjakan warga binaan tersebut dijadikan sarana edukasi dan asimilasi, untuk menggali potensi yang bisa mendatangkan ekonomi. Kami yakin jika warga binaan itu bisa memiliki keahlian, maka tidak akan terlibat kembali dengan hukum,” pungkasnya.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: