Bukan Hanya 4 Desa Ini yang Hilang, Akibat Letusan Gunung 1961, Ada 1 Dusun Juga Lenyap
Letusan Gunung Merapi tahun 1961 membuat 4 desa dan 1 dusun hilang. Foto hanya ilustrasi. -Istimewa-radarkuningan.com
BACA JUGA:Apakah Tanaman Sirih Gading Pembawa Sial, Padahal Banyak Manfaatnya, Mitos atau Fakta?
Baik itu yang di Lampung Tengah, Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Selatan dan Kepahyang Bengkulu. Masyarakat setempat pun lebih akrab dengan sebutan Merapi dari pada nama aslinya.
Misalnya transmigran dari Dusun Patuk di Lampung Tengah, nama desa sebenarnya adalah Fajar Mataram. Tetapi nama desa itu lebih akrab disebut Merapi. Termasuk pasarnya pun dengan sebutan Pasar Merapi.
Dulu, sebutan daerah dan orang transmigran, terutama di Lampung, dengan sebutan yang agak rasis. Biasanya diberi embel-embel KBA. Merupakan kependekan dari “korban bencana alam”.
Namun, lambat laun sebutan itu hilang. Hanya tinggal di Peraduan Waras, Bumi Agung Lampung Utara yang masih akrab dengan sebutan KBA.
BACA JUGA:Pemilik Anabul Wajib Tahu! 5 Tanda Kucing Menyayangi Pemiliknya, Bikin Gemas
Walaupun mulanya susah payah hidup di transmigrasi, namun sebagian besar tak mau lagi kembali ke Jawa. Mereka pun beranak cucu, dan hidup tenang di daerah transmigrasi.
Anak cucu dan cicitnya yang lahir di Sumatera bisa disebut “Pujkesuma”. Artinya putra Jawa kelahiran Sumatera. Atau yang khusus di Lampung, disebut Japung atau Jawa Lampung.
Yang menjadi persoalannya adalah tanah yang ditinggalkan di lereng Gunung Merapi itu. Khusus yang di Dusun Patuk, memang sudah ada ganti rugi, walaupun nilainya tidak seberapa.
Apalagi jika tahu kondisi sekarang, sebagian wilayah desa itu termasuk jadi tujuan wisata off road Kaliurang. Hal itulah terkadang yang memilukan para Pujakesuma dan Japung.
BACA JUGA:Manfaat Sirih Gading Emas, Jadi Jenis Tanaman Positif yang Baik Ditanam di dalam Rumah
Sementara yang di-4 desa di Kecamatan Srumbung yang pada tahun 2020 masih menuntut ganti rugi. Apalagi, daerah yang ditinggal tersebut sekarang memiliki harta karun Gunung Merapi yang sangat mahal harganya.
Ke-4 desa yang ditinggal penduduknya tersebut, sebagain sudah menjadi perkebunan salak. Entah siapa pemilik perkebunan tersebut.
Yang lebih parah lagi, desa-desa yang ditinggalkan oleh penghuninya itu sudah menjadi galian C. Batu, tanah dan pasirnya diangkut ratusan truk setiap harinya.
Hal itulah yang belakangan kembali mengusik hati nurani. Terutama, sebagian anak cucu para transmigran dari desa-desa itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: