Desa Ini Dikaitkan Sangkuriang, Dikelilingi Batu Perahu dan Gunung Putri, Miliki Pemandangan Sangat Indah

Desa Ini Dikaitkan Sangkuriang, Dikelilingi Batu Perahu dan Gunung Putri, Miliki Pemandangan Sangat Indah

Legenda Sangkuriang ada di Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka. -Ferdy Choky - Tangkapan layar-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Ada satu desa di lereng Gunung Ciremai ini selalu dikaitkan dengan cerita Sangkuriang. Banyak ciri alam di desa ini yang mendukung keterkaitan dengan legenda masyarakat Jawa Barat tersebut.

Desa ini dikelilingi oleh Batu Perahu dan Gunung Putri.  Batu Perahu memang menyerupai perahu. Sementara Gunung Putri, sebuah gunung tempat sang putri berada.

Batu Perahu mirip dengan Gunung Tangkuban Perahu di perbatasan Bandung Barat dan Subang. Sementara Gunung Putri juga sebuah tempat yang ada dalam cerita Sangkuriang.

Desa yang selalu dikaitkan dengan cerita Sangkuriang ini adalah Lengkong Kulon. Masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

BACA JUGA:PENTING! Inilah 5 Tanda Kucing Sayang Pemiliknya yang Harus Diketahui Agar Tidak Salah Paham

Desa ini dulunya bernama Lengkong. Namun karena berbagai pertimbangan, desa ini dimekarkan menjadi 2, yakni Desa Lengkong Kulon dan Lengkong Wetan. 

Ada ciri-ciri alam di Desa Lengkong Kulon yang mirip dengan cerita Sangkuriang. Karena itu, masyarakat desa ini juga memiliki versi cerita tersendiri tentang Sangkuriang.

Seperti diketahui, cerita dari tatar Pasundan ini berlatarbelakang kisah cinta antara ibu dan anak. Sang ibu bernama Dayang Sumbi dan putranya bernama Sangkuriang.

Sang ibu mengerti bahwa anaknya ingin mempersuntingnya. Sang anak tidak tahu bahwa yang dicintai itu adalah ibu kandungnya sendiri.

BACA JUGA:Pemelihara Kucing Wajib tahu Kelemahan Anabul! Inilah 3 Hal-hal yang Tidak Disukai Kucing, Oh Ternyata

Secara halus untuk menolak cinta sang anak, Dayang Sumbi pun mengajukan syarat. Dia akan menerima pinangan Sangkuriang dengan syarat dibuatkan situ dalam satu malam. Sebelum terbit fajar, situ itu harus selesai.

Syarat itu pun disetujui sang anak. Sangkuriang pun berjibaku membuat situ. Namun Dayang Sumbi merekayasa dengan membuat fajar sebelum fajar sesungguhnya terbit. Maka gagalah Sangkuriang membuat situ atau bendungan.

Versi masyarakat Lengkong, Sangkuriang tidak puas dan kemudian murka. Maka terjadilah kejar-kejaran antara Sangkuriang dengan Dayang Sumbi. 

Sewaktu akan tertangkap, Dayang Sumbi mengucapkan “Bit”, dalam bahasa sunda artinya “jangan dahulu”. Ketika terucap kata itu, maka terciptalah nama Gunung Galumpit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: