Warung Salam, Rumah Makan di Tengah Hutan Ini Miliki Omzet Menggiurkan, Bisa Rp 10 Juta Sehari

Warung Salam, Rumah Makan di Tengah Hutan Ini Miliki Omzet Menggiurkan, Bisa Rp 10 Juta Sehari

Warung Salam rumah makan khas Sunda di kaki Gunung Ciremai yang berada di pedalaman Kabupaten Sumedang.-Dokumen-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Rumah makan ini berada perkebunan teh di tengah hutan. Persis di kaki Gunung Cakrabuna. Walau terpencil dan di pedalaman, namun omzetnya sangat menggiurkan.

Jika di akhir pekan atau hari libur, omzet warung ini bisa mencapai Rp 10 juta dalam sehari. Namun jika hari-hari biasa hanya sekitar Rp 4 juta per hari.

Namanya Warung Salam. Rumah makan khas Sunda ini berada di Desa Cimungkal, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Warung yang berada di dekat perbatasan antara Kabupaten Sumedang dan Majalengka Jawa Barat ini, sudah lama berdiri. Warung yang berada di perbukitan perkebunan teh ini, sudah lebih 20 tahun usianya.

BACA JUGA:Kenali Penyebab Flu Kucing, Gejala dan Cara Mengobatinya, Cat Lovers Wajib Tahu!

Warung yang belakangan viral ini, setiap akhir pekan memang ramai dikunjungi masyarakat. Bukan warga di sekitar Majalengka dan Sumedang, banyak pengunjung yang datang dari Cirebon, Tasikmalaya, Bandung bahkan Jakarta.

Bukan hanya orang biasa, para pesohor pun juga pernah mengunjungi warung yang lokasinya tak jauh dari Waduk Jatigede, Sumedang. Seperti para pejabat, selebgram hingga artis.

Media ini berkesempatan mengunjungi warung yang lokasinya tak jauh dari perkebunan teh di Lemahsugih, Majalengka.

Walau bukan weekend, warung ini ramai dikunjungi pendatang. Ada yang ingin makan siang. Ada pula yang sekadar makan gorengan dan minum teh atau kopi.

BACA JUGA:6 Tanaman yang Disukai Ular; Tetap Waspada Jika Anda Punya Tanaman ini di Halaman!

Walau di tengah hutan, warung ini memang unik dan fenomenal. Terutama cara memasak aneka makanan tradisional khas Sunda tersebut.

Warung yang dirikan Abah Syarif dan isterinya pada tahun 2004 ini, cara memasaknya masih menggunakan tungku. Dengan kayu khas yang menjadi bahan bakarnya.

Tak sengaja media ini juga sempat bertemu dan ngobrol ringan dengan Abah Syarif. Leleki berbadan kurus ini, juga turut menghidangkan makanan yang dipesan oleh media ini dan rombongan.

Dia menceriterakan, warung yang didirikan pada tahun 2004 itu, belum seperti sekrang ini. “Dulu hanya jualan kopi dan Indomie rebus,” ungkap Abah Syarif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: