Sejarah Desa Linggarjati Kuningan, Peninggalan Wali Songo di Kaki Gunung Ciremai

Sejarah Desa Linggarjati Kuningan, Peninggalan Wali Songo di Kaki Gunung Ciremai

Sejarah Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan.-BPCB Serang - tangkapan layar-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, memiliki kaitan dengan sejarah dan kisah Wali Songo di kaki Gunung Ciremai.

Desa Linggarjati merupakan saksi bisu dari dua sejarah penting, penyebaran Agama Islam di Jawa Barat dan sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. 

Keberadaan Desa Linggajati yang dulu bernama Desa Gede, serta peninggalan Wali Songo, menjadi bagian integral dari sejarah Islam dan kemerdekaan Indonesia.

Meskipun riwayatnya tidak didukung oleh data yang lengkap, berbagai benda peninggalan yang masih ada di Desa Linggajati dapat memperkuat kebenaran sejarah ini.

BACA JUGA:Sejarah Desa Kertayasa Kuningan yang Sudah Ada Sejak 1780, Dikenal Punya Tanah yang Subur

Berdasarkan publikasi pemerintah desa, pada abad ke-15 Masehi, sebelum syiar Islam menyebar, penduduk Desa Linggajati memeluk agama semacam kepercayaan.

Dulu, desa ini dikenal dengan nama Desa Gede, terletak di bawah kaki Gunung Ciremai yang pada saat itu, disebut dengan Gunung Gede.

Desa Linggajati memiliki sejarah khusus yang dimulai sekitar tahun 1426, ketika para wali, termasuk Wali Songo, berjuang menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut. 

Mereka merencanakan musyawarah di Desa Gede (Gunung Ciremai sekarang) untuk menyusun strategi penyebaran Islam.

BACA JUGA:Sat Res Narkoba Polres Kuningan Ungkap 15 Kasus Penyalahgunaan Selama Maret - Mei 2024

Desa Linggajati juga memiliki peran penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Desa ini menjadi tempat berlangsungnya Perundingan Linggajati antara pemerintah Indonesia dan Belanda pada tanggal 10-15 November 1946. 

Perundingan ini menghasilkan “Naskah Perundingan Linggarjati” yang mengakui kedaulatan Indonesia dan menjadi tonggak penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Pada abad ke-14, para wali berencana mengadakan musyawarah di Gunung Gede, yang menarik perhatian para kepala desa (kuwu) sekitar yang saat itu masih menganut agama lain. 

Karena ketakutan akan kesaktian para wali, banyak penduduk melarikan diri dan menghilang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: