Kenapa Ancelotti Dianggap Miskin Taktik? Apakah 'Don Carlo' Tak Peduli Keindahan Sepak Bola? Mari Kita Bahas!

Kenapa Ancelotti Dianggap Miskin Taktik? Apakah 'Don Carlo' Tak Peduli Keindahan Sepak Bola? Mari Kita Bahas!

kenapa Ancelotti dianggap miskin taktik, -Foto: istimewa.-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Sobat Football Lovers yang berbahagia, kali ini kita akan membahas tentang kenapa Ancelotti dianggap miskin taktik. Bukankah pelatih yang satu ini sudah mendulang banyak trofi? Ternyata ini alasannya.  

Carlo Ancelotti, nama ini identik dengan sepak bola kelas atas dan deretan trofi bergengsi. Lahir di Reggiolo, Italia, 10, Juni 1959, Ancelotti menjelma menjadi salah satu manajer tersukses di era modern.

Kariernya sebagai pemain pun tak kalah gemilang. Berposisi gelandang, Ancelotti memperkuat timnas Italia sebanyak 26 kali dan menjadi bagian skuad Piala Dunia 1990.

Namun, bakat kepelatihannya lah yang mengantarkannya ke puncak kejayaan.

Dimulai dari asisten Arrigo Sacchi di timnas Italia, Ancelotti kemudian melangkah ke Parma, AC Milan, Juventus, Chelsea, Paris Saint-Germain, Real Madrid, Bayern Munich, Everton, dan sekarang kembali melatih Real Madrid

Di mana pun Ancelotti berada, trofi selalu menyertainya. Lima gelar Liga Champions, tiga gelar Liga Inggris, satu gelar Serie A, dan satu gelar Bundesliga menjadi bukti kepiawaiannya.

BACA JUGA:5 Tanaman Minimalis untuk Tanaman Indoor, Jadi Pilihan Dekorasi yang Menarik dan Estetik!

BACA JUGA:Satgas Netralitas ASN Pemkab Kuningan Sudah Dibentuk Pj Bupati Raden Iip, Ketua Satgas Dijabat Sekda

Ancelotti terkenal dengan pendekatan pragmatisnya. Ia tak terpaku pada satu filosofi taktik kaku, melainkan beradaptasi dengan kekuatan tim dan lawan.

Gaya permainannya dikenal fleksibel, mengandalkan keseimbangan antara menyerang dan bertahan.

Kemampuannya memaksimalkan potensi pemain dan membangun atmosfer ruang ganti yang positif juga menjadi kunci kesuksesannya.

Ia dihormati dan dicintai oleh para pemainnya, tak heran jika banyak yang menyebutnya "Don Carlo" (Tuan Carlo) sebagai tanda penghormatan.

Namun, di balik sederet prestasinya, Ancelotti tak luput dari kritik. Para pengkritiknya menyebutnya "miskin taktik," bermain aman, dan tak memiliki visi sepak bola yang jelas.

Pendukungnya berargumen bahwa pragmatisme Ancelotti justru merupakan kekuatannya. Ia mampu membaca situasi pertandingan dengan tepat dan memilih strategi yang paling efektif untuk meraih kemenangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: