Mitos Makam Keramat Puteran di Hantara Kuningan, Dipercaya Ada Pohon Jati Sakti yang Tidak Bisa Ditebang
![Mitos Makam Keramat Puteran di Hantara Kuningan, Dipercaya Ada Pohon Jati Sakti yang Tidak Bisa Ditebang](https://radarkuningan.disway.id/upload/a75585b8063b776ee7ce753414439e29.jpg)
Makam Keramat Puteran di Desa Tundagan, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan. Foto hanya ilustrasi.-Kang Alif - tangkapan layar-radarkuningan.com
RADARKUNINGAN.COM - Makam keramat Puteran merupakan situs budaya yang terletak di Petak 9c Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Haurkuning, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Garawangi, KPH Kuningan.
Situs makam keramat ini berada di wilayah administratif Desa Tundagan, Kecamatan Hantara, Kabupaten Kuningan.
Sebelum Desa Tundagan didirikan, daerah ini dikenal sebagai perkampungan kecil yang terdiri dari empat kampung yaitu Windujati, Ciagi, Cirageung, dan Cikondang. Jarak antara kampung-kampung ini berkisar antara 1 – 3 kilometer.
Salah satu kampung yang paling ujung adalah Kampung Windujati. Menurut cerita dan mitos yang beredar, di kampung ini terdapat pohon jati yang dianggap sakti.
Pohon tersebut sudah layak tebang namun tidak bisa ditebang selama kurun waktu sewindu (delapan tahun). Konon, satu-satunya cara untuk menebang pohon jati tersebut adalah dengan bantuan seseorang yang memiliki kesaktian luar biasa.
Orang itu adalah Buyut Subang, yang juga dikenal dengan nama Syeh Muhtar. Buyut Subang adalah sosok yang sakti mandraguna (orang pintar) dan dihormati oleh masyarakat setempat.
Setelah Buyut Subang meninggal dunia, ia dimakamkan di Gunung Puteran. Makamnya kemudian dianggap keramat oleh masyarakat setempat karena kesaktiannya semasa hidup.
Oleh karena itu, makam tersebut menjadi tempat ziarah dan peristirahatan spiritual bagi banyak orang. Selain aspek spiritual, makam keramat Puteran juga menawarkan pemandangan alam yang eksotik.
Berada di puncak gunung yang dikelilingi pepohonan hijau yang rimbun, situs ini juga menjadi tempat wisata yang menarik bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam sambil merasakan ketenangan.
Pada abad ke-17, tepatnya tahun 1629, di bawah pemerintahan Hindia Belanda, pemerintahan desa di daerah ini dibentuk. Pembentukan Desa Tundagan dilakukan melalui musyawarah antara ketua atau tokoh-tokoh kampung yang ada.
Nama Tundagan sendiri memiliki arti “nunda udagan” dalam bahasa Sunda, yang berarti menyimpan banyak harapan. Sejak itu, Desa Tundagan menjadi pusat berbagai kegiatan sosial dan keagamaan bagi masyarakat setempat.
Hingga saat ini, makam keramat Puteran masih menjadi tujuan ziarah bagi masyarakat setempat dan pendatang dari berbagai daerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: