Latar Belakang Buya Syakur Yasin Dirikan Majalis Istighosah Tegal Agung, Bermula dari Kesulitan Ekonomi

Senin 22-01-2024,05:54 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

RADARKUNINGAN.COM - Istighosah Mingguan Tegal Agung itu dibentuk oleh Pengasuh Ponpes Cadangpinggan, Buya Syakur Yasin dilatarbelakangi oleh kesulitan ekonomi akibat krisis 1998.

Akibat kesulitan ekonomi tersebut, juga berpengaruh kepada hampir seluruh sendi kehidupan. Tingkat tekanan hidup masyarakat pun semakin meningkat.

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan akibat kehidupan yang serba susah, maka Prof Dr KH Abdul Syakur Yasin MA atau yang akrab disapa KH Buya Syakur Yasin mendirikan istighosah. Istighosah yang lebih dikenal dengan majelis dzikir ini, didirikan pada tahun 2000. 

Sejarah berdirinya saat itu, memang bermula dari kondisi masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi. Pada akhirnya juga  membuat susah pula segala aspek kehidupan.

BACA JUGA:Istighosah Tegal Agung, Pengajian Mingguan Buya Syakur Yasin, Digelar Tengah Malam di Pantai Utara Indramayu

Keadaan Negara pada saat itu cukup kacau balau karena krisis moneter. Rakyat mengalami penderitaan yang berkepanjangan.

Termasuk warga Kabupaten Indramayu dan sekitarnya. Terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, begitu sulit keluar dari jeratan dan tekanan krisis.

Dalam kondisi masyarakat yang seperti itu, dibutuhkan penguat dari sisi batiniah. Karena itu, sosok yang pernah menuntut ilmu di Kairo Mesir ini hadir untuk menguatkan batiniah masyarakat.

Pria yang pernah 8 tahun tinggal di Tunisia ini dibantu beberapa tokoh melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi Indonesia. Salah satunya berdzikir dan bermunajat bersama demi kemakmuran negara tercinta.

BACA JUGA:Istilah Greenflation Pertanyaan Gibran yang Membuat Mahfud MD Tak Mau Menjawab dan Sebut Receh

Mereka mencari tempat yang bisa memberikan kekhusuan untuk berdzikir dan bermunajat kepada Allah Swt. 

Setelah menjelajah ke berbagai wilayah Indramayu, akhirnya menemukan tempat yang cukup tenang. Tempat itu juga memenuhi kriteria yang diharapkan Buya Syakur.

Dipilihlah tempat di Blok Waledan, Desa Lamarantarung, Kecamatan Catinggi,  Indramayu. Tempat itu dijadikan lokasi berdzikir dan bermunajat. 

Namun sayang, ketenangan di Blok Waledan itu tidak bertahan lama. Ternyata tempat tersebut dirasa Buya Syakur kurang kondusif. 

BACA JUGA:Apa Itu Greenflation yang Ditanya Gibran kepada Mahfud MD dan Dibilang Pertanyaan Receh?

Kategori :

Terpopuler