Hj Ika Sebut Ibu adalah Sekolah Pertama bagi Anaknya

Hj Ika Sebut Ibu adalah Sekolah Pertama bagi Anaknya

KUNINGAN-Penasehat Dharma Wanita Persatuan, Hj Ika Acep Purnama menilai, bahwa sekolah pertama seorang anak adalah ibunya. Hal ini menjadi dasar, bagaimana pendidikan keluarga itu penting bagi tumbuh kembang generasi penerus di masa mendatang. Hal itu disampaikan Penasehat DWP Kuningan Hj Ika Acep Purnama saat membuka seminar sehari bertajuk Membangun Ketahanan Keluarga dalam Membentuk Generasi yang Unggul di Era Milenial di Pendopo Kuningan, Senin (25/11). Seminar ini menghadirkan narasumber kompeten asal Jakarta yakni Nyi Mas Diane Wulansari SPsi. “Seorang ibu merupakan Madrasatul Ula atau sekolah pertama bagi anak-anaknya. Sehingga seorang ibu diharapkan mampu mendidik anak-anaknya dengan baik serta orang tua menjadi panutan, menjadi teman cerita, tempat berlindung bagi anak-anaknya, dan jangan sampai anak merasa lebih nyaman di luar daripada di rumah sendiri,” ungkap Ika saat mengawali sambutan. Dirinya sangat menyambut baik, atas kegiatan seminar dalam rangka HUT DWP ke-20 tahun. Bahkan seminar ini sangat menarik, karena mengangkat tema soal mendidik anak agar kedekatan emosial dengan keluarga terbangun baik. Ketua DWP Kuningan Hj Ella Dian menuturkan, seminar diadakan sejalan dengan petunjuk pelaksanaan HUT DWP ke-20, bahwa salah satu kegiatan yang dilakukan antara lain seminar tentang pembinaan keluarga. “Oleh karena itu, betapa pentingnya pengetahuan tentang ketahanan keluarga. Kami mengajak pada seluruh peserta seminar sehari ini agar dapat mengikuti dan menyimak dengan baik pemaparan dari narasumber, tentunya merupakan pakarnya dalam hal ketahanan keluarga,” terangnya. Sementara Pemateri Seminar Nyi Mas Diane Wulansari memaparkan, setiap orang tua harus memahami tahapan perkembangan anak, hak-hak anak, dan kebutuhan anak. Setiap keluarga harus berketahanan, sebab di jaman sekarang kemajuan teknologi sangat berkembang pesat. “Setiap informasi dapat dengan mudah diakses termasuk oleh anak-anak melalui gawainya. Kemudahan akses informasi itu dapat di analogikan seperti pisau bermata dua, ada negatif dan ada juga positifnya,” tandasnya. Oleh sebab itu, lanjutnya, keluarga harus mampu memberikan imun pada anak-anak berupa pendidikan agama yang kuat. Sehingga anak-anak mampu bertahan terhadap serbuan negatif berupa paparan kekerasan dan pornografi yang muncul melalui internet. “Saya titip, anak merupakan aset bangsa yang harus kita jaga perkembangannya, jangan terpapar dengan hal-hal negative. Karena merekalah yang akan menjadi bonus demografi pada tahun 2030, dan generasi emas Indonesia pada tahun 2045,” tutupnya.(ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: