Libur Sekolah, Gedung Perundingan Linggarjati Ramai Pengunjung

Libur Sekolah, Gedung Perundingan Linggarjati Ramai Pengunjung

KUNINGAN-Museum Perundingan Linggarjati, Kuningan, kembali dipadati pengunjung selama musim libur sekolah akhir tahun saat ini. Bahkan jumlahnya mengalami peningkatan hingga 100 persen dari musim libur biasa. Seperti terpantau Minggu (22/12), tempat wisata bersejarah tersebut terlihat banyak dikunjungi wisatawan lokal dan luar daerah sejak pagi hingga sore hari. Ada yang datang rombongan menggunakan bus pariwisata, ada pula yang datang sekeluarga menggunakan mobil pribadi. Bahkan, keberadaan gedung bersejarah ini pun menarik perhatian CEO Radar Bogor Group Hazairin Sitepu menyempatkan berkunjung ke sana. Ditemani salah satu anaknya yang masih SMA dan seorang kameramen serta Pemred Radar Cirebon Rusdi Polpoke, bos Radar Bogor tersebut melakukan reportase khusus untuk konten youtube miliknya. \"Sempat berkunjung ke makam kramat Sunan Gunung Jati di Cirebon, dilanjut ke Gedung Perundingan Linggarjati di Kuningan bersama salah satu anak saya. Sambil liburan anak saya supaya mengenal langsung dua tempat bersejarah tersebut, sekaligus saya lakukan reportase untuk mengisi chanel youtube saya Bang HS TV,\" ujar Hazairin. Hazairin pun mengapresiasi keberadaan museum tersebut sebagai salah satu destinasi wisata edukasi yang patut mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Kuningan. Menurutnya, dengan para pelajar datang langsung ke Gedung Perundingan Linggarjati, mereka semakin tahu dan memahami perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. \"Selama ini mereka hanya tahu dari buku sejarah, namun tidak pernah mengetahui bagaimana kegigihan para pahlawan dahulu memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan mendatangi langsung tempat bersejarah seperti Gedung Perundingan Linggarjati ini, generasi muda kita akan mengetahui siapa para pendahulunya yang sudah berjuang untuk negara Indonesia, sehingga muncul jiwa nasionalisme dan termotivasi untuk berbuat sesuatu untuk kemajuan Ibu Pertiwi,\" ungkap Hazairin. Sementara itu, salah satu petugas pemandu wisata Gedung Perundingan Linggarjati Sukardi mengatakan, jumlah pengunjung museum tersebut mengalami peningkatan hingga dua kali lipat dari biasanya. Lonjakan pengunjung ini, kata Sukardi, merupakan hal yang biasa terjadi setiap libur sekolah terutama di akhir tahun seperti sekarang \"Kami sudah mengantisipasi lonjakan pengunjung libur panjang kali ini dengan mengerahkan seluruh petugas museum sebanyak delapan orang untuk memandu pengunjung. Mereka adalah para guide yang sudah memahami tentang seluk beluk sejarah Gedung Perundingan Linggarjati,\" ujarnya. Menurut Sukardi, para pengunjung museum terbagi dalam dua kelompok, yaitu yang hanya ingin melihat-lihat isi dan benda-benda di dalam museum dan yang ingin mengetahui benar tentang sejarah Perundingan Linggarjati. Para pemandu tadi yang akan dengan senang hati menyambut para pengunjung kelompok kedua tersebut dan menerangkan tentang segala perihal sejarah Perundingan Linggarjati. Meski ada peningkatan jumlah pengunjung hingga dua kali lipat, namun tak ada fasilitas tambahan apa pun yang dilakukan pengelola museum untuk menyambut pengunjung. Hal tersebut, kata Sukardi, untuk mempertahankan keaslian dan nilai historis yang dapat dirasakan oleh para pengunjung. Seperti diketahui, Gedung Perundingan Linggarjati berlokasi sekitar 1 Km dari objek wisata Linggarjati Indah. Di dalamnya terdapat foto-foto yang menceritakan peristiwa perundingan Linggarjati pada tahun 1946 antara Pemerintah Indonesia dengan Kolonial Belanda. Selain itu kita juga akan melihat meja dan kursi serta kamar yang pernah digunakan para delegasi perundingan seperti Sutan Syahrir, Mr Susanto Tirtoprodjo, Dr A.K Gani, Mr Moehamad Roem sebagai perwakilan Indonesia dan Prof Ir Schermerhorn, Dr Van Mook, Mr Van Pool dan Dr F De Boer dari Belanda. Gedung tersebut menjadi saksi bisu sejarah bangsa Indonesia di mana pernah berlangsung peristiwa perundingan antara Indonesia dan Belanda yang menghasilkan naskah Linggarjati yang salah satu isinya adalah pengakuan secara de facto wilayah Republik Indonesia meliputi Jawa, Sumatera dan Madura oleh pihak Belanda. (fik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: