Budidaya Belatung, Pemuda Ciawi Bisa Raup Untung
Mendengar kata belatung, bagi banyak orang pasti membuat bergidik geli karena bentuknya yang menjijikkan. Namun tidak bagi empat pemuda Desa Ciawigebang bernama Anggara Budi Pratama, Ahmad Fauzi, Eris dan Aan, yang malah memeliharanya sehingga menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. M TAUFIK, Kuningan YA, di tangan empat pemuda tersebut belatung atau istilah kerennya maggot dikembangbiakkan hingga menjadi salah satu sumber pendapatan mereka. Sudah tiga bulan mereka memelihara larva dari lalat jenis khusus bernama Black Soldier Fly (BSF) tersebut untuk dimanfaatkan sebagai pakan alternatif ternak unggas mereka dan sisanya dijual ke peternak ayam, bebek dan lele. Angga menuturkan, alasannya menjalani usaha budidaya belatung bermula dari keprihatinannya melihat tumpukan buah busuk yang terbuang percuma di sekitar Pasar Ciawigebang. Kemudian dia pun mengajak tiga teman dekatnya untuk mencari cara untuk mengatasi masalah limbah organik tersebut, sehingga bermanfaat dan tidak hanya menjadi sampah tak berguna. \"Kemudian saya cari informasi dari Google dan Youtube tentang pemanfaatan limbah sampah organik, dan menemukan budidaya maggot. Kemudian saya cari bibitnya dari peternak maggot di daerah Karangmangu, dan mencoba menerapkan berdasarkan cerita peternak tersebut dan panduan dari internet,” ungkap Angga kepada Radar Kuningan, kemarin. Di luar dugaan, ternyata budidaya magot mereka cukup berhasil. Berawal dari membeli bibit di Karangmangu dalam jumlah sedikit, kini Angga dan tiga kawannya sudah memiliki belasan wadah penampungan maggot yang siap panen setiap 15 hingga 20 hari sekali. \"Dari setiap larva maggot yang dihasilkan, separuh kami gunakan untuk pakan ternak dan dijual kemudian sebagian lagi dibiarkan menjadi kokon atau kepompong untuk kemudian menjadi lalat BSF. Dengan demikian, kami tidak perlu lagi membeli bibit,\" ujarnya. Angga dan tiga kawannya memanfaatkan lahan kosong di belakang rumah sebagai tempat budidaya maggot tersebut. Dari setiap wadah maggot, kata Angga, bisa menghasilkan sedikitnya 20 kilogram belatung untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. \"Karena masih tahap awal, produksi maggot pun belum terlalu banyak, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak kami. Insya Allah ke depan kami ingin mengembangkannya menjadi lebih besar, mengingat baru sekecil ini saja permintaan dari peternak ayam, bebek dan lele sudah mulai berdatangan,\" ujar Angga. Yang terpenting untuk saat ini, kata Angga, metode budidaya maggot tersebut bisa mengatasi persoalan limbah terutama sampah buah dan sayur di lingkungannya sehingga tidak mencemari lingkungan. Dampak positif lainnya, kata Angga, maggot yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai pakan alternatif yang kandungan proteinnya sangat bagus untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh ternak. \"Saya sudah membuktikan sendiri. Entok saya yang kondisinya sakit kepalanya berdarah-darah karena dipatok ayam hingga hampir mati, ternyata setelah diberi pakan maggot hanya dalam hitungan hari bisa sembuh total. Selain itu ayam-ayam yang diberi pakan maggot pertumbuhannya sangat cepat dan sehat,\" ujar Angga. (fik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: