Produsen Padi Terbesar di Jabar

Produsen Padi Terbesar di Jabar

KUNINGAN–Walaupun tengah diterpa isu kemiskinan yang cukup tinggi, namun Kabupaten Kuningan rupanya berhasil dari sektor hasil produksi pertanian jenis padi. Berdasarkan catatan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kuningan, bahwa produksi padi pada tahun 2020 mampu melampaui target.

Angkanya over target cukup tinggi yakni 80 persen. Jika produksi padi pada 2020 ditargetkan 227 ribu ton, hasilnya dapat terealisasi sebanyak 358 ribu ton. “Alhamdulillah Kabupaten Kuningan kemarin setelah dievaluasi oleh Kementan RI, termasuk salah satu dari empat kabupaten di Jabar dengan produksi padi terbesar di Jawa Barat. Tahun 2020 kemarin, kita alhamdulillah dari target 227 ribu ton gabah kering panen, realisasi kita adalah 358 ribu ton,” kata Kepala Diskatan Kuningan Dr Ukas Suharfaputra MP kepada awak media, kemarin (3/2).

Dia menyebut, jika peningkatan itu berkisar di angka 80 persen. Setelah disandingkan dengan jumlah produksi padi kabupaten/kota seluruh Jabar, maka Kuningan masuk empat besar dengan capaian produksi tertinggi.

“Alhamdulillah kita bisa mempertahankan produksi kita. Kemudian tahun 2021, kita akan tetap mempertahankan itu, ya momentum peningkatan produksi tetap dipertahankan selain ingin lebih mengakselerasi pertumbuhan dan produktivitas di holtikultura,” ungkapnya.

Pihaknya bertekad, akan menggenjot produktivitas holtikultura di tahun ini, khususnya untuk komoditas-komoditas unggulan seperti bawang merah, jahe, cabai, durian dan mangga. Namun dengan tidak melepas keunggulan dalam produktivitas padi karena sebagai basic di Kuningan.

“Kita tahun ini ingin melakukan perluasan dengan program jika di pusat itu namanya perluasan areal tanah baru (ATB). Untuk tahun ini kita fokuskan sekitar 500 hektare,” tegas Ukas.

Tak hanya itu, pihaknya juga mendorong agar petani dapat menanam jenis tanaman porang. Diharapkan itu menjadi salah satu strategi disferensiasi, khususnya di tanaman aneka kacang dan ubi-ubian. “Kita juga punya dua kluster program untuk membantu menekan soal kemiskinan. Pertama kluster konsumsi kita menyiapkan bahan pangan konsumsi, kedua kluster produksi yakni memberikan bibit kepada petani,” ungkapnya.

Dia memaparkan, jika kluster konsumsi sasaran itu adalah masyarakat kurang mampu yang rawan pangan. Termasuk kaum duafa yang tidak mempunyai kapasitas untuk produktif, sehingga harus dibantu. “Kemudian kluster produksi, program ini menyasar kelompok tani yang mempunyai lahan tetapi daya beli hasil taninya turun. Sehingga tidak mampu menyediakan sarana produksi, program ini biasa disebut dengan guyur benih,” tutupnya. (ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: