Sebelum Jadi Kebun Raya Kuningan, Kondisi Lahannya Seperti Ini, Ternyata Tandus dan Rawan Erosi

Sebelum Jadi Kebun Raya Kuningan, Kondisi Lahannya Seperti Ini, Ternyata Tandus dan Rawan Erosi

Kebun Raya Kuningan berada di Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan.-Istimewa-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Jika melihat Kebun Raya Kuningan (KRK) yang indah dan mempesona seperti sekarang ini, tak menyangka jika dulu memprihatinkan. Bahkan tanah di daerah tersebut tandus rawan erosi.

Kebun Raya Kuningan (KRK) ini masuk dalam wilayah Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Letaknya peris di kaki Gunung Ciremai. Bahkan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).

Tanah yang menjadi kawasan KRK ini merupakan bebatuan. Termasuk ke jenis batuan vulkanik yang relatif labil.

BACA JUGA:Jenis Ikan yang Baik Untuk Makanan Kucing Kampung, Bisa Cepat Gemuk dan Tumbuh Sehat!

Terutama di beberapa lokasi yang kurang tanaman penutup. Juga di tepian aliran air yang kondisinya sangat terjal.

Kawasan KRK memiliki tanah yang masuk dalam jenis asosiasi regosol dan endapan aluvial. Jenis tanah seperti ini pada umumnya miskin hidrogen, unsur hara dan dengan organik rendah. 

Permeabilitas atau kemampuan tanah untuk meloloskan air melalui ruang pori, sangat tinggi. Kemudian daya menahan air pun rendah. 

Permeabilitas tanah ini sangat menentukan seberapa besar air hujan dapat meresap masuk ke dalam tanah. Juga seberapa besar air hujan menjadi limpasan permukaan.

BACA JUGA:Kebun Raya Kuningan, Potensi Tersembunyi dari Desa Terpencil di Lereng Gunung Ciremai

Topografi di KRK pun berbukit-bukit. Dengan ketinggian mulai dari 490 hingga 870 meter di atas permukaan laut. 

Sumber utama air dari sungai Cipari yang terletak di bagian selatan KRK. Sungai tersebut sebagai pembatas antara Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Majalengka.

Air dari Sungai Cipari ini oleh PT Yunawati telah dialirkan melalui pipa ke area yang lebih rendah. Terutama ke arah rumah pabrik yang dibangun oleh pemegang HGU tersebut. 

Namun setelah lahan ditinggalkan oleh pemilik HGU, airnya kini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Selain untuk kebutuhan sehari-hari, juga untuk mengairi persawahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: