Lebih dari 11 Ribu Orang per Bulan Kunjungi Telaga Biru Cicerem, Pantas Kaduela jadi Desa Terbaik Nasional

BACA JUGA:3 Alasan Memilih Glamping di Ciwidey: Pengalaman Berkemah di Tengah Alam dengan Fasilitas Ala Hotel

“Pengembangan Desa Wisata Kaduela kita lakukan secara mandiri dan memberdayakan masyarakat sekitar untuk terlibat langsung dalam aktivitas pariwisata,” ujarnya.

Selain Telaga Biru Cicerem, BUMDes Arya Kamuning membuka satu destinasi baru. Yakni Kolam Renang Side Land pada akhir 2022.

Objek wisata ini selalu ramai dikunjungi turis. Juga bisa mendatangkan keuntungan ekonomi bagi warga Desa Kaduela. 

Menariknya, kata Iim, bukan hanya wisatawan lokal yang berkunjung ke tempat ini. Sejumlah wisatawan mancanegara pun pernah mengunjungi Desa Wisata Kaduela. Hanya jumlahnya masih sedikit.

BACA JUGA:Mudah Dimengerti! Ini 5 Cara Efektif untuk Berkomunikasi dengan Kucing Anda

Iim menjelaskan, kunjungan wisata di Desa Wisata Kaduela selama Januari-Oktober 2023 selalu di atas 11 ribu kunjungan turis.

Paling tinggi di bulan Agustus sekitar 18 ribu wisatawan. Paling rendah di bulan September yang hanya berada di angka 9 ribu kunjungan.

Telaga Biru Cicerem juga memiliki luas sekitar 900 meter persegi ini memiliki daya tarik tersendiri. Yakni air danaunya yang berwarna biru dan dikelilingi pepohonan rindang nan sejuk.

Iim menyebutkan, BUMDes Arya Kamuning memperoleh pendapatan tertinggi di Kabupaten Kuningan pada 2022. Dengan nilai Rp586 juta.

BACA JUGA:Glamping Ciwidey Murah, Memberikan Pengalaman Tidak Terlupakan!

Kepala Dinas Pariwisata Kuningan Elon Carlan mengakui jika Talaga Biru Cicerem, menjadi salah satu kawasan pariwisata yang paling diminati turis domestik.

Keberadaan Situ Cicerem dan beberapa objek wisata lainnya di Kuningan, membuat pihaknya optimis bisa mendatangkan 3 juta wisatawan pada 2024. “Target prioritas kami adalah 3 juta pengunjung ke Kuningan pada 2024,” ungkapnya.

Selain Telaga Biru Cicerem, beberapa destinasi wisata yang bisa mendulang kunjungan turis. Seperti Waduk Darma, Kolam Renang Cibulan, dan Gedung Perundingan Linggarjati.(*)

Sumber: