Problem Tambak Udang, Bukan Sekadar Teknologi, Tapi Soal Anjloknya Harga dan Mahalnya Pakan

Problem Tambak Udang, Bukan Sekadar Teknologi, Tapi Soal Anjloknya Harga dan Mahalnya Pakan

Problem tambak udang bukan hanya masalah teknologi tetapi harga pakan dan harga jual. -Dokumen-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Saat ini yang menjadi problem besar para petambak, terutama udang, bukan persoalan teknologi. Problem beratnya justru di harga jual dan pembelian pakan.

Seperti diketahui, dalam lebih dari 1 tahun ini harga jual udang turun sangat drastis. Sementara harga pakan justru mengalami kenaikan.

Sebenarnya adalagi satu problem klasik yang dialami para petambak. Tapi problem ini sudah sejak lama. Yakni soal penyakit yang terus bermutasi. 

“Jadi bukan soal teknologi, selain penyakit ada  problem di budidaya udang. Soal harga yang sangat rendah dan harga pakan yang sangat mahal,” ungkap salah satu petambak di Pantai Selatan Kabupaten Tasikmalaya.

BACA JUGA:Inilah 5 Cara Menghilangkan Kutu Kucing Secara Alami dan Mudah

Semua tahu jika udang tersebut sangat tergantung kepada pasar bebas, tapi selama ini nyaris tidak ada perhatian serius dari pemerintah. 

Banyak petambak menolak jika problem serius di budidaya tambak udang ini soal teknologi. Sebagus apapun teknologinya, jika harga terus anjlok dan pakan kian mahal, tak mungkin akan bisa bertambah. 

Karena 2 hal tersebut, banyak budidaya udang  vaname di Pantai Selatan Tasikmalaya yang berhenti beroperasi. Bukan hanya di Tasikmalaya, di Pangandaran, Garut Selayan dan Cianjur Selatan pun banyak yang tutup.

Para petambak juga tidak setuju dengan ungkapan Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono ini, soal budidaya perikanan khususnya udang, karena teknologi.

BACA JUGA:Berikut 5 Cara Kucing agar Tidak Birahi ketika Musim Kawin Tiba, Gak Cuma Disteril Lho!

Menurut Wahyu, sistem teknologi budidaya perikanan Indonesia yang masih tertinggal dibandingkan negara lain. Hal itu berdampak pada produktivitas dari output yang dihasilkan, diantaranya ada pada komoditas udang.

Dia menjelaskan hanya 0,6 ton per hektar dari komoditi udang dengan luasan wilayah budi daya adat 247.803 hektar. “Artinya budi daya kita sebagian besar, ada beberapa modern tapi sebagian besar masih tradisional," katanya dalam sebuah dialog.

Dia mencontohkan Jepang. Negeri ini dapat mengembangkan teknik aquakultur. Caranya dengan melibatkan perguruan tinggi melalui riset serta pabrikan.

Kemudian, lanjut dia ada Tiongkok. Negara ini begitu royal dalam pengembangan teknologi budidaya udang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: