Desa Sinar Bandung, Kampung Halaman Kedua Warga Bandung, Meski di Lampung Tetap Persib nu Abah

Desa Sinar Bandung, Kampung Halaman Kedua Warga Bandung, Meski di Lampung Tetap Persib nu Abah

Gerbang Desa Sinar Bandung, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung yang memasang logo Persib Bandung.-Jabar Quick Response-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM – Provinsi Lampung memiliki beberapa kampung Sunda. Selain Kecamatan Sumberjaya di Kabupaten Lampung Barat, ada juga Desa Sinar Bandung di Kabupaten Pesawaran.

Kedua desa tersebut punya cerita unik yang terkait dengan sejarah terjadinya transmigrasi dari Pulau Jawa ke Provinsi Lampung.

Tak hanya urusan bahasa dan budaya dari daerah asal yang masih tetap bertahan, bahkan sampai urusan klub sepakbola mereka tetap setia dengan Persib Bandung.

Di Desa Sinar Bandung, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran misalnya. Di dekat pintu gerbang desa ada sebuah tugu bertuliskan: Welcome Maung Bandung.

BACA JUGA:Inilah 13 Kesaksian Para Atheis Jelang Kematian Mereka, Apakah Masih Tak Percaya Adanya Tuhan?

Tidak hanya itu, di Gapura Desa Sinar Bandung juga terdapat logo Viking Persib Bandung 1933 yang menjadi bukti kecintaan masyarakat setempat pada klub sepakbola di kampung halaman asal.

Desa Sinar Bandung merupakan salah satu destinasi dari transmigrasi yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Batujajar dan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

Sebagian masyarakat yang menjalani transmigrasi tersebut saat ini memang sudah berusia 70-an tahun. Mereka tiba di daerah tersebut saat masih anak-anak.

Salah satunya adalah H Dodo Hartono yang merupakan transmigran dari Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.

BACA JUGA:Bingung Bedakan Kucing Persia dengan Kucing Anggora? Ayo Ketahui 3 Perbedaannya!

“Abah ti Bandung, kadie teh tahun 62. Abah masih umur sekitar kurang leuwih 8 tahun (Abah dari Bandung, ke sini tahun 1962. Abah masih usia sekitar 8 tahun),” kata Dodo Hartono.

Nama Desa Sinar Bandung, kata H Dodo Hartono, ternyata punya latar belakang yang unik. Yakni terkait dengan keberadaan pendatang.

Diceritakan dia bahwa pada tahun 1967 ada seorang sopir dari Bandung yang datang ke desa tersebut saat terjadi panceklik.

Sopir tersebut datang mencari jagung muda. Sesampainya di lokasi, sopir tersebut terkejut karena banyak warga yang menyalakan radio dengan volume keras di hampir setiap rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: