Nama Desa Ini Bermula dari Cinta yang Ditolak, Juga jadi Saksi Lahirnya Penguasa Kabupaten Kuningan

Nama Desa Ini Bermula dari Cinta yang Ditolak, Juga jadi Saksi Lahirnya Penguasa Kabupaten Kuningan

Kegiatan pentas seni di Desa Luragung Landeuh, Kecamatan Luragung, Kabupaten Kuningan.-Kuningan Kab/Ist-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Dulu hanya sebuah desa kecil. Sekarang sudah menjadi kecamatan. Nama desa tersebut bermula dari cinta yang ditolak.

Bukan itu saja. Desa ini juga menjadi saksi lahirnya sosok yang menjadi penguasa awal Kabupaten Kuningan.

Desa ini dulu bernama Luragung. Namun sekarang sudah menjadi salah satu nama kecamatan di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. 

Ada beberapa dokumen yang menceriterakan masa lalu Luragaung. Hal ini seperti yang diunggah oleh akun Sedjarah Koeningan Community.

BACA JUGA:Bahaya Efek Kucing Makan Makanan Pedas, Bisa Sebabkan Penyakit Mematikan!

Tulisan itu diunggah di media sosial facebook dengan judul “Babad Desa Luragung”. Walau tidak lengkap, namun tulisan tersebut sudah bisa menggambarkan Luragung di masa lampau.

Dokumen lama itu berkisah tentang perjalanan rohani Bujangga Manik. Ketika itu, sekitar abad ke-15, sosok tersebut melakukan perjalanan dari Pakuan ke Bali.

Dalam dokemen lama itu disebutkan, jika Bujangga Manik melewati daerah yang bernama Luhur Agung. Apabila melihat arah perjalanan dan lokasinya, maka tempat itu dapat disimpulkan sebagai Luragung sekarang ini.

Jika mengacu dari kisah perjalanan Bujangga Manik, maka Desa Luragung sudah sangat tua. Bahkan sudah memiliki peradaban sebelum Islam datang ke daerah yang sekarang menjadi Kecamatan Luragung itu.

BACA JUGA:Kujang, Pusaka Khas Masyarakat Sunda Ini Punya 4 Fungsi dan 7 Bentuk, Sangat Magic dan Disakralkan

Dalam catatan desa, Luragung berasal dari kata “ngelurkeun (lur) agungna” Buyut Agung. Sosok ini menghilang karena cintanya ditolak oleh Kencanawati. Dari kata Lur Agung itulah muncul nama Luragung. 

Namun ada versi yang lain. Versi yang tercatat dalam naskah Bujangga Manik. Versi ini memperlihatkan bahwa nama tempat tersebut juga dikenal sebagai Luhur Agung.

Pada masa kejayaan Islam, Luragung disebut sebagai tempat istimewa. Terutama bagi Wali Qutub Indonesia, Syekh Syarif Hidayatullah. 

Di desa inilah, selain berdakwah dengan damai, mubaligh yang dikenal dengan nama Syekh Sunan Gunung Jati itu bertemu dengan istri yang sangat dicintainya, Putri Ong Tien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: