Menelusuri Jejak Istana Pajajaran, Ada 3 Sumber Data Acuan, Berita VOC, Naskah Tua dan Hasil Penelitian

Menelusuri Jejak Istana Pajajaran, Ada 3 Sumber Data Acuan, Berita VOC, Naskah Tua dan Hasil Penelitian

Penggambaran istana Kerajaan Pajajaran oleh AI.-AI Nusantara-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Simpang siur tentang Kerajaan Pajajaran hingga kini masih belum terpecahkan. Termasuk teka-teki letak istana, sebagai pusat pemerintahan.

Terlalu minim bukti-bukti tentang di mana sebenarnya ibukota kerajaan tersebut. Yang paling banyak hanya mitos dan cerita rakyat, yang kebenarannya pun diragukan.

Karena itu, menelusuri jejak Istana Kerajaan Pajajaran sungguh sangat menarik. Termasuk menelusuri siapa saja yang pernah menjadi raja di kerajaan tersebut, selain Prabu Siliwangi.

Setidaknya ada 3 sumber yang bisa menjadi acuan untuk menelusuri masa lalu Kerajaan Pajajaran. Ketiga sumber tersebut adalah berita-berita dari VOC, naskah-naskah tua dan hasil-hasil penelitian.

BACA JUGA:Ini Cara Menggunakan Daun Sirih Cina Sebagai Tanaman Herbal, Baik untuk Pencernaan dan Asam Urat

Dari berita-berita Verenigde Oost Infiche Compagnie (VOC), juga banyak sumber menjelaskan lokasi Keraton Pajajaran. Sumber-sumber tersebut adalah 3 laporan perjalanan.

Yang pertama laporan perjalanan Scipio tahun 1687. Kemudian laporan perjalanan Adolf Winker tahun 1690. Ketiga, Abraham van Riebeeck, pada tahun 1703, 1704 dan 1709.

Dari ketiga laporan perjalanan di zaman Perserikatan Kompeni India Timur itu tergambar jelas bahwa pusat Kerajaan Pajajaran itu berada di Batutulis, Kota Bogor, sekarang.

Bahkan ada yang menggambarkan, jika Istana Batutulis ini pernah kosong cukup lama, ditinggalkan rajanya para pendukungnya.  

BACA JUGA:Spesies Baru Kucing Purba Ditemukan di Madrid, Spanyol, Punya Kemampuan Membunuh Mangsa Lebih Cepat

Seperti laporan perjalanan Scipio menggambarkan istana, terutama tempat duduk yang ditinggikan dijaga oleh beberapa harimau. 

Sementara dari sumber naskah kuno bisa dicermati di dalam kropak atau tulisan pada rontal atau daun nipah. Tulisan itu diberi nomor 406, yang sekarang disimpan di Mueseum Pusat, Jakarta.

Dari kropak tersebut terdapat petunjuk yang mengarah kepada lokasi Pakuan sebagai istana Pajajaran. Kropak 406 pun sebagian telah diterbitkan khusus dengan nama Carita Parahiyangan. 

Dalam bagian yang belum diterbitkan atau  biasa disebut fragmen K 406, terdapat keterangan mengenai kisah pendirian keraton Sri Bima, Punta, Narayana Madura Suradipati. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: