Mengapa Sekarang Tidak Ada Orang Tionghoa Tinggal di Cilimus? Apa Terkait Peristiwa Berdarah 'Gedoran China'?
Makam warga Tionghoa di Desa Caracas, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. -Tedi Kholiludin - tangkapan layar-radarkuningan.com
BACA JUGA:Wilayah Residen Cirebon Dulu Mulai Kesenden sampai ke Ciledug dan Cilimus
Tedi mengungkapkan sekolah pertama Peter di Cilimus. Karena tak ada sekolah Tionghoa di tempat ini, maka Peter dimasukkan ke sekolah pribumi oleh ayahnya.
Pada saat itu, tulis Tedi, keluarga Tionghoa yang kaya biasanya mendatangkan guru privat untuk mengajari bahasan dan kebudayaan Tionghoa. Beberapa di antaranya mengirim anak-anaknya belajar ke sekolah Tionghoa di Cirebon.
Peter berusia enam setengah tahun ketika masuk sekolah. Meski sekolah tersebut diperuntukkan bagi orang Sunda, tetapi kaum Tionghoa juga diterima.
Peter memakai sepatu baru, kemeja dan celana sutra yang dibeli kakeknya dari Tiongkok. Sementara murid-murid dari kalangan pribumi hanya memakai sandal atau bahkan tak beralas kaki. Kebanyakan dari mereka mengenakan sarung, kemeja dan kopiah.
Pakaian yang dikenakan Peter rupanya membuat beberapa siswa kalangan pribumi menjadi cemburu. Salah satunya, Pekih.
Saat pulang sekolah, Pekih menaruh kotoran di sepatu Peter. Peter marah dan menendang Pekih. Saat mereka sedang adu jotos, ayah Peter, Sun Seng Tjay, melerainya. Setelah kejadian itu, tiap hari Sun Seng Tjay mengantar dan menjemput Peter.
Peter kecil kerap bermain di sungai atau kolam yang dibuat pemerintah Belanda untuk mengairi sawah, terutama saat musim panas. Di sebuah kolam bernama “Kedung Jambe” yang bekedalaman 3 meter, Peter dan teman-temannya kerap menghabiskan waktu.
Di suatu pagi, 3 orang Tionghoa yang cukup berpengaruh di Cilimus mendatangi Sun. Mereka bermaksud mendirikan sekolah khusus Tionghoa. Sekolah itu akan mengajarkan tentang bahasa dan kebudayaan Tionghoa.
BACA JUGA:Ternyata Ini! 5 Penyebab Mengapa Daun Tanaman Janda Bolong Menggulung!
Kepada Sun, ketiga orang itu bermaksud untuk mengajaknya menjadi donatur untuk pembangunan sekolah tersebut. Setelah sekolah dibuka, Peter disekolahkan oleh ayahnya di sana.
Pengajaran dimulai pukul 14.00 dan selesai tiga jam kemudian. Namun, karena kesulitan keuangan sekolah Tionghoa di Cilimus hanya bertahan tiga tahun.
Sun ingin agar Peter memiliki kemampuan berbahasa Belanda yang baik. Setiap siang, Peter berangkat menggunakan dokar menuju tempat Mr van Heimer di Sangkanurip dengan ditemani Baenah, salah satu pengasuhnya.
Rupanya Peter sangat tertarik belajar Bahasa Belanda. Sejak saat itu, Peter kemudian meninggalkan sekolah pribumi. Setelah 4 tahun melakoninya, dan intens belajar Bahasa Belanda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: