Kisah Ibu Anies Baswedan, Lahir di Kuningan, Jadi Gunjingan di Kampung, Pindah ke Cirebon

Kisah Ibu Anies Baswedan, Lahir di Kuningan, Jadi Gunjingan di Kampung, Pindah ke Cirebon

Aliyah, ibu Anies Baswedan seorang perempuan kelahiran Kabupaten Kuningan.-Anies Baswedan/Ig-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Bersamaan dengan rapat pleno rekapitulasi Pemilu 2024 yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), ternyata ibu dari Anies Rasyid Baswedan yakni, Aliyah, sedang merayakan ulang tahun.

Terkhusus bagi peristiwa penting itu, Anies Baswedan mengungkap cerita di masa lalu dari sang ibu yang lahir di Kabupaten Kuningan, tepatnya di kaki Gunung Ciremai.

Aliyah lahir pada 20, Maret 1940 dan saat ini berusia 84 tahun, namun masih aktif mengajar sebagai guru besar.

Selain rekapitulasi KPU, tanggal 20 Maret 2024 menjadi penting bagi Anies Baswedan karena bertepatan dengan hari lahir ibunya. Karena itu, sebuah perayaan sederhana dilaksanakan di kediamannya di Jakarta.

BACA JUGA:Jangan Bingung Bawa Kucing Mudik! Berikut Rekomendasi Cara Membawa Kucing Mudik Untuk Persiapan Lebaran

Sekaligus membagikan kisah bagaimana sang ibu menempuh pendidikan hingga menjadi seorang akademisi dari kampung halaman yang ketika itu belum memiliki jenjang pendidikan yang lengkap.

"Hari ini adalah hari ulang tahun Ibu. Izinkan kami menceritakan ulang tentang kisahnya. Namanya Aliyah. Lahir 20 Maret 1940, di kaki Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat," kata Anies Baswedan menceritakan kisah itu, dikutip radarkuningan.com, Kamis, 21 Maret 2024.

Pada waktu itu, Kabupaten Kuningan belum memiliki sekolah jenjang SMA. Baru sebatas SMP. Karena itu, ketika hendak meneruskan pendidikan mesti ke Kota Cirebon.

"Saat lulus SMP, di Kuningan belum ada SMA. Ayahnya menitipkan pada kerabatnya di Cirebon supaya anak perempuan ini bisa meneruskan SMA," katanya.

BACA JUGA:AC Alami! Ini 5 Tanaman Hias Penyejuk Ruangan, Bikin Suasana di Rumah Sejuk Alami Meski Cuaca Panas

Namun, meneruskan pendidikan hingga SMA apalagi perguruan tinggi, masih terbilang langka untuk perempuan di masa itu.

Apalagi bagi mereka yang tinggal di Kabupaten Kuningan, lantaran jenjang pendidikan tertinggi baru sebatas SMP.

Karenanya, kepergian Aliyah ke Cirebon untuk sekolah menjadi bahan gunjingan di kampung lantaran dianggap tidak lazim.

"Saat itu sempat jadi bahan 'omongan' di kampungnya karena seorang anak perempuan 'meninggalkan' rumah bukan karena menikah, tapi karena sekolah," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: