Jati Sunda, Komunitas yang Masih Setia Kepada Prabu Siliwangi, Tinggal di Kaki Gunung Ciremai
Masyarakat Jati Sunda di Kabupaten Kuningan masih terjaga hingga kini. Foto hanya sebagai ilustrasi. -Disbudpar Kuningan-radarkuningan.com
RADARKUNINGAN.COM - Masyarakat Sunda belakangan ini memang lebih identik dengan suku yang mayoritas menganut agama Islam. Termasuk masyarakat Sunda yang tinggal di Kuningan.
Padahal tidak semua masyarakat Sunda di Kabupaten Kuningan beragama Islam. Banyak di antara mereka beragama selain Islam. Banyak yang menganut agama Katolik dan juga Kristen.
Bahkan, banyak di antara masyarakat Sunda di Kuningan yang masih mempercayai agama yang dianut Prabu Siliwangi. Raja Pajajaran yang sangat terkenal itu.
Salah satunya adalah komunitas masyarakat atau kaum Jati Sunda. Komunitas ini masih menjunjung tinggi adat nenek moyang atau karuhun.
BACA JUGA:Travel Dari Kuningan Menuju Bandara Soekarno Hatta, Perjalanan Semakin Mudah dan Praktis
Mereka masih mempertahankan dan setia kepada Prabu Siliwangi. Dan masih mempercayai tradisi lama menyembah para Hyang yang dipercaya bersemayam di gunung-gunung, termasuk di Gunung Ciremai.
Kaum Jati Sunda yang dipimpin oleh almarhum Kusuma Adiningrat ini tinggal di sekitar kawasan Cigugur, Kuningan. Komunitas ini selain masih setia kepada Prabu Siliwangi, juga melestarikan, merawat, bertanggung jawab dan menyatu dengan alam.
Komunitas yang masih setia kepada para karuhun ini, memang mengalami pasang surut. Bermula dari keberadaan Wali Sango. Yang di antaranya berasal dari Sunda, yakni Syarif Hidayatullah. Sosok bergelar Sunan Gunung Jati ini, tak lain adalah cucu Prabu Siliwangi.
Memang sejak Pajajaran runtuh, pengaruh Islam semakin berjaya. Sunan Gunung Jati berkuasa di Kesultanan Cirebon. Bahkan, putra dari Gunung Jati lainnya, yakni Maulana Hasanudin mejadi raja Kesultanan Banten.
Kaum yang masih setia kepada Prabu Siliwangi, mempertahankan tradisi di kaki-kaki Gunung Halimun-Salak dan Gunung Ceremai. Mereka hidup dengan kepercayaan lama dan menjaga harmoni dengan alam.
Di antaranya mereka tinggal di Cigugur, kawasan yang terletak di kaki Gunung Ceremai. Inilah “koloni” kaum Jati Sunda atau Wiwitan.
Sejarah kaum Jati Sunda Cigugur pun terus dinamis. Pada 1944, komunitas adat ini dibubarkan atas tekanan Jepang. Setelah itu dihidupkan kembali tahun 1948 pada masa penguasaan Belanda.
Pada pemberontakan DI/NII pimpinan Kartosuwiryo turut melakukan penyerangan terhadap kaum Jatisunda pada tahun 1949.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: