Unik, Desa di Kuningan Ini 60 Persen Warganya Merantau, Bekerja di ‘BRI’, Sebagian Besar Anak Muda

BACA JUGA:Asal Muasal Burjo Kuningan yang Merambah Pulau Jawa

Ternyata kedatangan utusan dari Cirebon telah terdahului oleh Syeh Dako dari Lengkong. Karena jarak Lengkong ke Kampung Tirta lebih dekat bila dibandingkan jarak dari Cirebon.

Kedatangan Syeh Mbah Dako di Kampung Tirta, sampai sekarang dibuktikan dengan adaya petilasannya.  

Kedua orang tua Nyimas Andayasari merasa bingung. Siapa yang harus diterima pinangannya? 

Menurut ceritera akhirnya orang tua Nyi mas Andayasari memilih pinangan dari Syeh Mbah Dako, karena datang lebih dulu. Kemudian Mbah Dako sendiri yang datang. Sementara Sunan Cirebon hanya mengirimkan utusan.

BACA JUGA:Melihat Rumah Keluarga Anies Baswedan di Kuningan, Dekat Makam Gede

Namun, untuk tidak mengecewakan Sunan Cirebon, maka kedua orang tua Nyimas Andayasari menghadap langsung ke Cirebon.

Orang tua Nyimas Andayasari melaporkan kepada Sunan Cirebon bahwa Nyimas Andayasari telah tiada, meninggal mendadak. 

Mendengar kabar tersebut membuat Sunan terkejut. Akhirhya Sunan menyatakan turut bela sungkawa. 

Untuk tidak melupakan Nyimas Andayasari maka Sunan memberikan cinderamata untuk disimpan dan ditanam dekat kuburan.

BACA JUGA:MEMALUKAN! Andre Onana Bobol 3 Gol, Manchester United Dibantai Newcastle di Kandang

Cindera mata itu berupa 2 buah patung, 2  pohon melinjo (tangkil) dan 2 pohon Nagasari (Tanggkalsari) lebih populer di masyarakat.

Yang mengejutkan, sesampainya di Kampung Tirta ternyata Nyimas Andayasari betul meninggal dunia. 

Dia dukuburkan di makam Saungan di komplek pemakaman umum Desa Tirtawangunan sekarang. Di makam tersebut terdapat pohon melinjo dan nagasari.

Itulah sejarah Kampung Tirta. Nama kampung diambil berdasarkan potensi alamnya yang kaya sumber air. 

Sumber: