Kerukunan Beragama Keluarga di Cigugur Kuningan, 8 Bersaudara Beda Keyakinan

Kerukunan Beragama Keluarga di Cigugur Kuningan, 8 Bersaudara Beda Keyakinan

Kerukukan umat beragama di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan terbangun karena rasa saling pengertian. -Agus Sugiharto-radarkuningan.com

KUNINGAN, RADARKUNINGAN.COM - Potret kerukunan umat beragama diperlihatkan masyarakat di Kecamatan Cigugur, Kabupaten KUNINGAN.

Bahkan pada keluarga Djatikusumah yang merupakan tokoh Masyarakat Adat Karuhun Urang (AKUR), perbedaan keyakinan tersebut justru menjadi perekat. 

Agama merupakan sesuatu yang bersifat personal, sehingga perlu dibangun rasa saling pengertian satu sama lain. 

Contoh kerukunan beragama itu, dibuktikan secara langsung. Bukan sekadar menjadi semoga semata.

BACA JUGA:Usung Semangat Toleransi Keyakinan, Juwita Djatikusumah: Manusia Harus Bisa Saling Menjaga Hati

Ratu Juwita Djatikusumah, Girang Pangaping AKUR mengungkapkan, perbedaan keyakinan tersebut tidak mesti menjadi hal yang dipersoalkan.

Diungkapkan Ratu Juwita, dirinya hidup di tengah keluarga yang beragam. Dari 8 bersaudara ada penganut Sunda Wiwitan dan Katolik. 

"Orang tua kami seorang tokoh sunda wiwitan. Dalam keluarga kami ada penganut Katolik, bahkan pendeta. Ada juga yang menjadi penganut Sunda Wiwitan," kata Juwita, saat ditemui radarkuningan.com di Gedung Paseban.

Meski orang tuanya adalah tokoh Sunda Wiwitan, namun tidak lantas seluruh anak-anaknya memiliki kepercayaan yang sama.

BACA JUGA:Ubi Jalar Kuningan Ternyata Sudah Tembus Pasar Jepang dan Korea, Termasuk Boled dari Gunung Ciremai

Bahkan, mereka berbeda satu sama lain dan rasa saling pengertian pun terbangun. Sehingga menjadi modal kerukunan dan saling menghormati dalam keluarga.

Dari 8 bersaudara itu, anak pertama adalah seorang pendeta. Anak kedua menjadi penganut katolik.

Anak ketiga adalah seorang muslim, anak ke empat penganut Sunda Wiwitan, anak kelima Katolik, dan anak ke-enam, ketujuh dan kedelapan adalah penganut Sunda Wiwitan.

Menurut Ratu Juwita, dalam konteks kerukunan umat beragama yang diperlukan adalah rasa untuk membangun saling pengertian, bukan pengakuan. Dengan demikian, akan terbangun toleransi dan damai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: