Kisah Perang Cirebon - Kuningan setelah Sunan Gunung Jati dan Fatahillah Wafat

Kisah Perang Cirebon - Kuningan setelah Sunan Gunung Jati dan Fatahillah Wafat

Perang Cirebon - Kuningan yang terjadi selepas era Sunan Gunung Jati. Foto hanya ilustrasi.-Istimewa-radarkuningan.com

BACA JUGA:Tak Tahan Polemik, Menteri PUPR Cek Twin Tunnel Tol Cisumdawu, Basuki: Bukan Retak, Hanya Berdebu

Sementara Pangeran Mas adalah cicit mendiang Sunan Gunung Jati. Hal itu membuat Pangeran Kuningan tak lagi bersedia berkunjung.

Di sisi lain, Panembahan Ratu merasa bahwa Pangeran Kuningan melakukan perlawanan. Atas latar belakang itu, terjadi perang antara Kuningan dan Cirebon.

Peristiwa perang Cirebon - Kuningan itu, diantaranya diulas di Naskah Pulosaren yang diterjemahkan sebagai berikut:

Telah lama keraton dalam keadaan berkah selamat, namun ada saja sesuatu yang membuat kecewa. Tatkala itu, Pangeran Arya Kuningan telah mogok tidak mau tunduk kepada Cirebon dengan alasan dahulu itu Kuningan tunduk patuh pada jaman Sunan Jati, sebab Sunan Jati adalah guru.

BACA JUGA:10 Tanda Kucing yang Sedang Depresi atau Sedih, Beserta Daftar Penyebabnya! Simak Lengkap Disini!

Maka Pangeran Arya Kuningan selalu berada di Keraton Cirebon baik siang ataupun malam. Sembah bakti dan pengabdiannya hanya ditujukan kepada sang guru.

Adapun Panembahan Ratu sekarang hanyalah cicit dari sang guru. Oleh karena itu dalam seba menghadap ke Cirebon terserah hanya kala ingat saja.

Sebab menurut Pangeran Arya Kuningan, jika sudah turun ke anak maka kewajiban berbakti itu sudah bukan wajib lagi. Serta untuk jaman sekarang sangatlah berbeda keadaannya tatkala masih hidupnya Kanjeng Sunan Jati.

Dahulu Cirebon benar-benar merupakan negara yang merdeka, adapun sekarang di jaman Panembahan Ratu, Cirebon harus seba menghadap ke Mataram.

BACA JUGA:4 Tanda Kucing Peliharaan Sedih yang Perlu Kamu Ketahui, Beserta Penyebabnya!

Hal itu sebagai pertanda bahwa Panembahan bukanlah seorang ratu, menurut Arya Kuningan kedudukan Panembahan Ratu itu pantas sebagai seorang bupati, sedangkan gelar raja hanya sebatas nama saja.”

Lantaran itu, Panembahan Ratu kecewa. Lalu memerintahkan Patih Rudamada menegur Pangeran Kuningan.

Namun karena respons dari Pangeran Kuningan tidak sesuai harapan, akhirnya terjadilah perang.

Bahkan pada perang itu, Panembahan Ratu dan Pangeran Kuningan berhadapan langsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: