Jika Keraton Kasepuhan Dibumihanguskan Belanda, Desa Cilimus Disiapkan jadi Pusat Pemerintahan Darurat
Sejarah Desa Cilimus, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan yang erat dengan Keraton Kasepuhan.-Yuda Sanjaya/Dok-radarkuningan.com
BACA JUGA:Kucing Kampung Dengan Kehidupan Liar, Memiliki 3 Penyakit Dapat Mengancam Keselamatannya
Nama Pakuwon Cilimus mulai dipakai saat pemukiman ini mulai dipimpin oleh tokoh yang bernama Ki Buyut Sacawana. Saat itu masuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Kasepuhan.
Keraton ini memiliki 80 pakuwon dan beberapa kabupatian. Karena itu, pokok penelusuran sejarah Desa Cilimus dimulai dari tokoh Ki Buyut Sacawana ini.
Desa Cilimus sekarang merupakan Ibu Kota Kecamatan Cilimus. Juga, eks Kawedanan Cilimus. Secara geografis terletak di antara wilayah Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.
Kecamatan Cilimus, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon. Sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Ciremai.
BACA JUGA:Ketahui Ini Jika Anda Memelihara Kucing, 4 Cara Agar kucing Tidak Merasa Bosan
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cigandamekar. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jalaksana.
Sejarah Cilimus terungkap kembali saat Nusantara dalam cengkraman penjajahan Belanda. Tepatnya saat Belanda kembali menjajah menggantikan Inggris yang hengkang dari bumi pertiwi pada tahun 1817.
Pada masa penjajahan Belanda ini, Pakuwon Cilimus masuk dalam wilayah Kabupatian Linggajati. Wilayah ini berdampingan dengan Kabupatian Kuningan. Keduanya sama-sama masuk wilayah kedaulatan Kesultanan Kasepuhan Cirebon.
Hal ini didapat pada laporan Residen Cirebon yang bernama PH Van Der Kemp. Laporan itu tertuang pada Beslit No 13 tanggal 30 Januari 1818.
BACA JUGA:Mengenal 5 Tempat Wisata Kuningan Viral Yang Paling Banyak di Kunjungi 2024
Dokumen itu melaporkan bahwa telah memerintahkan Bupati Linggajati untuk membantu Opsiner Kehutanan Banyaran bernama Prudants.
Juga membantu Bupati Bengawan Wetan, Raden Adipati Nitidiningrat yang kewalahan melawan para pemberontak yang tengah mundur ke Palimanan.
Situasi saat itu memang tengah gencar-gencarnya pemberontakan. Yang paling terkenal dengan istilah Perang Kedondong. Perang yang terjadi di Cirebon, Karawang, Majalengka hingga Kabupatian Talaga.
Perang dipimpin oleh Ki Bagus Rangin dan Ki Bagus Serit. Perang terjadi pada masa Sultan Sepuh VIII yakni Sultan Raja Udaka (1815-1845). Perang itu sebagai kelanjutan dari Pemberontakan Pangeran Suryanegara tahun 1753-1773.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: