Benarkah Salakanagara Kerajaan Pertama di Pulau Jawa, Bukan Tarumanagara? Ini Fakta Sejarahnya

Benarkah Salakanagara Kerajaan Pertama di Pulau Jawa, Bukan Tarumanagara? Ini Fakta Sejarahnya

Salakanagara disebut sebagai kerajaan pertama di Pulau Jawa.-JPtv-radarkuningan.com

BACA JUGA:5 Resep Jus Detox yang Lezat dan Menyegarkan, Mampu Menurunkan Berat Badan dan Melancarkan Pencernaan

Nama “Cicira” merupakan pengucapan orang Yunani atau Romawi. Tentu bisa berbeda dengan pengucapan orang Jawa.

Maka ada yang menafsirkan bahwa dewa yang berkunjung di Gunung Cicira itu yang dimaksud adalah orang-orang yang dianggap suci atau titisan dewa. 

Sedangkan yang dimaksudkan raksasa adalah orang-orang pribumi keturunan penghuni Jawa yang lebih dulu ada. Sebagaimana dalam kisah legenda Ajisaka.

Dalam legenda itu dikisahkan, raja Jawa adalah seorang raksasa. Dia bernama Dewatacengkar yang dikalahkan oleh pendatang yang bernama Ajisaka. 

BACA JUGA:Bikin Geger, Macan Tutul Nangkring di Pohon, Warga Warudoyong Kuningan Amankan Ternak

Sebagaimana Rahwana yang digambarkan sebagai raksasa adalah orang Dravida. Mereka pribumi India yang melawan Rama dari golongan ras Indo Arya. Bangsa ini sebagai pendatang yang lebih baru dan mengalahkan para pribumi Dravida.

Sejarawan Bernad HM Vlekke mengungkapkan, di dalam buku Nusantara A History of Indonesia, versi Prakit dari nama Jawadwipa tersebut adalah “Iabadiu”. Dalam versi ini dikenal oleh ahli geografi Yunani, Ptolemeus dari Alexandria tahun 160 M. 

Selain Ptolemeus, juga terdapat penulis Peripleus yang membuat karya Naturalis Historiae. Penulis itu pernah mengunjungi Asia Selatan. Dia belajar banyak dari para pedagang India tentang negeri-negeri jauh di balik Ceylon. 

Laporan dari Peripleus tersebut dipakai oleh Ptolemeus yang memperoleh informasi tambahan dari pelaut bernama Alexander. Sosok yang telah menjelajahi negeri-negeri di sebelah Timur Malaya. 

BACA JUGA:Hukum Membuang Kucing Menurut Pandangan Islam: Boleh, Tapi Perhatikan 4 Hal Berikut Ini Sebelum Membuangnya!

Ahli geografi Yunani itu mengatakan bahwa di pulau “Iabadiu” atau Jawadwipa terdapat kota yang bernama “Kota Perak.”

Dalam laporan sumber catatan Tiongkok tahun 132 M, dikatakan bahwa seorang utusan dari Ye-tiao mengirim duta kepada Kaisar Tiongkok. Nama Yetiao itu dalam transkripsi mereka adalah Jawadwipa. 

Nama rajanya dalam pengucapan orang Tiongkok adalah “Tiao-pien”. Jika dalam transkripsi Sansekerta adalah “Dewawarman”.

Hanya transkripsi yang menyamakan nama “Tiao-pien” dengan nama “Dewawarman” itu diragukan oleh sejarahwan Bernad HM Vlekke. Diketahui bahwa nama Dewawarman adalah raja Salakanagara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: