Buya Syakur Yasin, Ulama yang Satrawan, Banyak Karya Sastra Dia Tulis, Terutama Prosa dan Puisi
Buya Syakur Yasin merupakan sosok ulama dan sastrawan.-Wammima Tv-radarkuningan.com
BACA JUGA:Istilah Greenflation Pertanyaan Gibran yang Membuat Mahfud MD Tak Mau Menjawab dan Sebut Receh
Ada 4 dialog yang dianjurkan Buya Syakur. Yang pertama dialog dengan diri sendiri. Raga dan jiwa bukan sekedar perangkat keras dan lunak dari teknologi komputer.
Raga dan jiwa adalah perangkat jasmaniah dan rohaniah yang mengemban misi spiritual dan sosial atau kemanusiaan.
Kedua, dialog dengan sesama manusia. Apapun jenis kulit, bahasa, agama, budaya, etnis, kampung dan ragam perilaku yang berbeda lainnya. Dialog dengan sebanyak-banyaknya orang tumbuh jiwa kemanusiaan yang adil dan beradab.
Ketiga, dialog dengan alam sekitar, dari mulai tanaman, hewan, bumi, air, angin, hujan dan seterusnya. Kerena alam itu yang mudah ditemui setiap saat dimanapun berada, meski dalam kesendirian di tempat terpencil sekalipun. Pasti ada lingkungan alam yang menemani.
BACA JUGA:Apa Itu Greenflation yang Ditanya Gibran kepada Mahfud MD dan Dibilang Pertanyaan Receh?
Keempat, dialoglah dengan Tuhan. Puncak spiritual tertinggi manusia adalah melakukan dialog dengan Allah Swt. Kemudian Allah Swt menjawab. Itulah harapan manusia yang tertinggi dalam proses dialog.
Sementara itu, juga ada kritik dari Mutawakkil Faqih dalam tulisannya berjudul “Penafsiran Kontemporer Abdul Syakur Yasin. Dijelaskan metodologi penafsiran kontemporer Syakur Yasin berbasis syafahi. Umumnya menggunakan sumber tafsir bil ra’yi atau berbasis pemikiran.
Dari 28 ayat yang ditafsirkan Buya Syakur, semua penafsiran menggunakan bil ra’yi kecuali ayat yang membahas keadilan hukum dikombinasikan dengan hadis.
Beberapa kali di temukan analisa kebahasaan dalam penafsirannya. Baik analisa makna kosa kata maupun analisa gramatika. Metode yang digunakan saat menafsirkan adalah kombinasi antara maudhi (tematik) dan tahlili (global).
BACA JUGA:Momen Gibran Sindir Cak Imin, Ngomong Lingkungan Tapi Pakai Botol Plastik
Berangkat dari tema tertentu kemudian di kontekstualisasikan secara ringkas oleh Buya Syakur. Corak hukum dan sosial kemanusiaan mendominasi pendekatan penafsiran kontemporernya.
Seringkali ayat yang di tafsirkannya bernuansakan auto-critic terhadap umat Islam di Indonesia. Juga beberapa gagasan yang dapat menjadi renungan kebangsaan.
Sehingga penafsiran Buya Syakur terasa sesuai dengan konteks kontemporer yang sedang berlangsung. Terutama dalam mengurai problematika sosial hukum di Indonesia.
Dalam mengkontemporerkan penafsirannya, Buya Syakur seringkali menggunakan takwil. Sehinga secara ideologi penafsirannya mengikuti teologi Sunni Asy’ari. Sementara dalam ranah fiqh mengikuti ideologi mazhab Syafi’i.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: