Di Zaman Belanda, Ada Sekitar 500 Orang Tionghoa Tinggal di Cilimus Kuningan, Tersebar di Jalan Utama

Di Zaman Belanda, Ada Sekitar 500 Orang Tionghoa Tinggal di Cilimus Kuningan, Tersebar di Jalan Utama

Foto suasana di sekitar Pasar Cilimus, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan yang pada zaman Belanda pernah menjadi tempat bermukim masyarakat Tionghoa dan warga lokal.-Yuda Sanjaya/Dok-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Memang sekarang nyaris sulit menemukan warga Tionghoa yang tinggal di sekitar Pasar Cilimus, Kabupaten Kuningan.

Sejarah mencatat, pada zaman penjajahan Belanda, banyak masyarakat Tionghoa yang tinggal di daerah yang sekarang masuk Kecamatan Cilimus ini.

Di Kecamatan Cilimus saja, ada sekitar 500 orang Tionghoa yang tinggal di sana ketika itu. Bahkan bila ditambah dengan Desa Caracas, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, jumlahnya lebih dari 1000 orang.

Kehadiran masyarakat Tionghoa di sekitar lokasi itu, ditandakan dengan adanya komplek pemakaman di desa setempat.

BACA JUGA:Ternyata Ini 5 Alasan Kenapa Induk Kucing Memakan Anaknya Sendiri, Bukan Karena Tidak Peduli!

Waktu itu, mereka bukan hanya membuka toko di kanan-kiri jalan Pasar Cilimus sekarang. Tetapi banyak pula yang menjadi petani, seperti warga lokal lainnya.

Cerita kehidupan masyarakat Tionghoa di Cilumus pada masa penjajahan Belanda tersebut, pernah ditulis Tedi Kholiludin. 

Dia adalah alumnus Departemen Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah. 

Dia juga peneliti di Yayasan Pemberdayaan Komunitas (YPK) Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang. Mengajar di Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Jawa Tengah.

BACA JUGA:Sampai di-Review Nex Carlos, Seenak Apa Mie Get Cirebon? Yakin Nggak Ngiler untuk Mencoba?

Tulisan Tedi Kholiludin soal Cilimus tersebut bersumber pada tulisan Peter Liang Tek Sun. Dia adalah seorang Tionghoa yang lahir di Cilimus, Kuningan Jawa Barat pada 2 Oktober 1919. 

Peter menulis disertasi berjudul “A Life Under Three Flags: 1919-1975”. Tulisan itu sebagai tugas akhirnya di University of Western Sidney, Australia. 

Peter menyelesaikan studinya di Jurusan Sejarah diselesaikan pada Maret 2008. Peter sudah berusia 89 tahun ketika mengakhiri studi doktoralnya. Peter meninggal pada 18 Juli 2010. 

Disertasi yang ditulisnya berkisah tentang kehidupan bangsa Indonesia di bawah “tiga bendera. Bendera Belanda, Jepang dan Masa Kemerdekaan, Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: