Kisah Tape Ketan Ember Kuningan, Sunan Gunung Jati Bulan Madu dengan Putri Ong Tien di Kaki Gunung Ciremai

Kisah Tape Ketan Ember Kuningan, Sunan Gunung Jati Bulan Madu dengan Putri Ong Tien di Kaki Gunung Ciremai

Kisah tape ketan ember khas Kuningan yang memiliki kaitan dengan Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien.-BTNGC-radarkuningan.com

BACA JUGA:Cara Unik Mengusir Kucing Tanpa Menyakiti dengan Aroma dan Cahaya, Apakah Bisa Membuat Kucing Jera?

Salah satunya adalah kuliner khas tape ketan ember. Tentu saja pada waktu itu, kemasannya belum menggunakan wadah plastik seperti sekarang ini.

Putri Ong Tien mengajarkan masyarakat membuat makanan olahan dari ketan atau singkong.

Tapi karena bahan yang ada di Luragung lebih mudah ditemukan ketan daripada singkong, akhirnya dibuatlah olahan tape.

Dari bahan beras ketan yang sudah dicuci bersih, kemudian direndam hingga ditiriskan. Pengolahan berikutnya dikukus sampai matang dan didinginkan.

BACA JUGA:Kucing Boleh Makan Buah Apa Saja? Ini 5 Jenis Buah yang Aman untuk Kucing, Bisa Jadi Camilan Sehat Sesekali

Setelah proses ini tuntas, barulah ditaburkan ragi yang sudah dihancurkan dan didiamkan sampai benar-benar proses fermentasi terjadi.

Tape ketan sendiri menggunakan daun jambu sebagai bahan untuk membungkus dengan lipatan yang khas.

Makanan ini kemudian sangat disukai oleh masyarakat dan banyak yang belajar mengolah, sehingga menyebar dari satu tempat ke tempat lainnya.

Lama kelamaan tape ketan khas Kuningan ini berubah menjadi makanan khas dari Kota Kuda.

BACA JUGA:Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila Penting untuk Sosialisasi PIP di Masyarakat

Salah satu pusat kerajinan tape ketan ember Kuningan berada di Desa Cibereum. Di sini terjadi perkembangan lebih lanjut yakni model pengemasan.

Ternyata penggunaan ember plastik bukan tanpa tujuan. Salah seorang perajin, Iyoh mengungkapkan, wadah ember dipakai agar mudah membawa bila bepergian.

Tujuan lain adalah supaya air dari ketan tersebut tidak tumpah. Sebab, kuliner khas ini memang punya kandungan air yang tinggi dan lengket.

"Supaya air tidak tumpah dan berceceran, jadinya pakai ember untuk wadah," kata Iyoh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: