Sejarah Angklung Diatonis di Kuningan, Saksi Hidup Ikut Membuat Mengungkap Hal Ini (Bagian 3)

BACA JUGA:Apakah Makanan yang Sudah 'Dicicipi' Semut Boleh Dimakan? Begini Penjelasannya

Yeni dan Kusnan mendapatkan tugas untuk mencari bahan baku ke hutan. Sedangkan sang kakak kedua, Adang ikut KuCit memilih dan mencoba membuat angklung.

Selain itu, ada alat musik lain yang biasa diproduksi yakni, gambang, gendang, suling, reog, kecapi, bonang, dudukan gamelan.

Yang Yeni ketahui dan saksikan, angklung kucit sering dijual ke luar Jawa, terutama Sulawesi. Tak hanya itu, keduanya juga sebagai saksi hidup pencapaian KuCit. 

Salah satunya ketika perwakilan Bank Dunia sekitar tahun 1979an, datang ke rumah tersebut untuk mencari dan ngobrol bersama KuCit.

BACA JUGA:Sejarah Angklung Kuningan, Kisah Kucit Buronan Belanda, Rumah Jadi Saksi Lahirnya Angklung Modern (Bagian 2)

"Dulu juga kan bapa pernah dikunjungi dari Bank dunia. Saya masih SD, tahun 1970-an, dirumah ini juga. Ada Max Namara dari Amerika bersama rombongannya juga. Foto juga ada di Dikbud," katanya.

Kendati demikian, dirinya tidak tahu persis apa yang dibahas. Mengingat saat itu masih sekolah dasar.

Seperti diketahui, rumah kuwu citangtu atau Kucit yang berada di RT 02 RW 01, Kelurahan Citangtu, Kecamatan Kuningan akan dijadikan Museum Angklung Rumah Pak Kucit.

Pasalnya, rumah tersebut memiliki nilai sejarah bagi masyarakat Kabupaten Kuningan dan berkaitan dengan penciptaan angklung diatonis.

BACA JUGA:Pantas Sering Tiba-tiba Muncul, Inilah 5 Tempat Persembunyian Kecoa untuk Bersarang di Dalam Rumah

Di rumah itu, Pak Kucit kerap membuat angklung yang kemudian diubah nadanya menjadi diatonis oleh Daeng Sutigna.

Bangunan rumah tersebut memiliki ukuran 8 x 12 meter persegi pada lahan seluas 32 bata. Rumah tersebut selama ini ditinggali oleh anak angkat Pak Kucit. (bersambung 3)

Sumber: