Mengenal Pangeran Madrais, Pencetus Agama Djawa Sunda dari Cigugur Kuningan

Mengenal Pangeran Madrais, Pencetus Agama Djawa Sunda dari Cigugur Kuningan

Pangeran Madrais pencetus Agama Djawa Sunda.-Istimewa-radarkuningan.com

BACA JUGA:Ternyata Ini Alasan Majalengka Dijuluki Sebagai Kota Angin

Pada 1840, Madrais kembali ke Cigugur. Kemudian dia berkelana keliling Jawa Barat. Kemudian kembali lagi ke Cigugur.

Ketika itu dia mendirikan peguron atau pesantren dan mengajarkan agama Islam di Cigugur. Masyarakat setempat pun memanggilnya dengan nama Kyai Madrais.

Kemampuan mengajarkan agama Islam memang mumpuni. Karena menurut komunitas ADS, Madrais ini masih keturunan Sunan Gunung Jati. Ayahnya, merupakan generasi ke 11 dari Syekh Syarif Hidayatullah.

Menurut pengakuan komunitas ADS, seperti yang ditulis oleh Agustinus Mudjiman, Madrais meski keturunan bangsawan, hidupnya kurang beruntung. Di antara penyebabnya karena dia ditinggal wafat ayahnya ketika masih dalam kandungan.

BACA JUGA:Jalan Baru Cirebon - Kuningan, Mulai dari Tempat Ini?

Dia bukan hanya berkelana di Jawa Barat, tetapi juga menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Ajaran itu menggabungkan ilmu kebatinan. Yang nanti akan dia terapkan di kampung halamannya di Cigugur Kuningan.

Ketika kembali ke Cigugur, dia mendirikan padepokan. Selain berdakwah, Madrais juga mengenalkan ajaran yang didapatkan dari kegiatan menjelajah pesantren itu.

Padepokan Madrais pun tumbuh besar. Pengikutnya bertambah banyak. Ajaran yang dia sampaikan disukai oleh warga setempat.

BACA JUGA:Cara Pengasuh Ponpes Al Bahjah Buya Yahya Memerangi Zionis Israel, Oh Ternyata Begini yang Dilakukan

Meski kemudian ajaran tersebut ada yang berubah menjadi kontoversi dan dianggap bertentangan dengan ajarna Islam.

Dari kecil, Madrais memang sempat mendalami ilmu di pondok pesantren. Hal itulah yang  membuat dirinya begitu menyukai ajaran agama Islam. 

Dari umur 3 tahun dia diasuh oleh Ki Sastra Wardana, ayah angkatnya yang tinggal di Cigugur Kuningan. 

Setelah besar kemudian dia dibawa pulang oleh ibundanya, Nyi Kastewi. Dia pun diberi nama Muhammad Rais dan kemudian dimasukkan ke pesantren.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: