Warga Kampung Cireundeu, Miliki Kebiasaan Puasa Makan Nasi, Ternyata Terkait Ajaran Madrais Cigugur Kuningan

Warga Kampung Cireundeu, Miliki Kebiasaan Puasa Makan Nasi, Ternyata Terkait Ajaran Madrais Cigugur Kuningan

Potret rumah masyarakat Kampung Adat Cireundeu. -Thusyar Pratama/Ist-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Masyarakat di Kampung Adat Cireundeu di Kota Cimahi ini memiliki kebiasaan unik, berpuasa makan nasi. Sebagai pengganti, mereka mengonsum­si rasi, makanan yang terbuat dari singkong atau ketela.

Kebiasaan turun temurun itu, mereka peroleh setelah menimba ilmu di Cigugur, Kabupaten Kuningan. Yakni kepada sosok bernama Muhamad Rais atau Pangeran Madrais.

Pada abad 18 sesepuh Cirendeu atau mamak Haji Ali mempunyai kesadaran untuk tidak terjajah. Dia pun mencari sebuah jawaban atau dukungan. Hingga dia mengembara.

Pada abad 19, Haji Ali sampai di Cigugur Kuningan. Bertemu dengan Pangeran Madrais alias Muhammad Rais. Setelah bertemu dengan Pangeran Madrais, sesepuh Kampung Adat Cireundeu merasa telah menemukan jawaban dan bertemu dengan orang yang dicari.

BACA JUGA:Prediksi Tahun 2024, Pertarungan Naga di Tahun Naga Kayu, Waspada Banyak Bencana Alam

Pada abad yang sama, keturunan sesepuh Cireundeu menimba ilmu ke Pangeran Madrais. Bahkan cucu perempuan sesepuhnya yang bernama Ibu Anom atau Ibu Enceu menikah dengan Pangeran Madrais. 

Kemudian sekitar tahun 1930, Pangeran Madrais pernah mengunjungi Cireundeu. Pangeran Sepuh pernah mendengar keinginan warga Cireundeu yang menimba ilmu kepadanya untuk dapat merdeka lahir batin. Dalam arti untuk tidak mengkonsumsi nasi beras dari padi.

Dari ketika itu hingga sekarang, masyarakat adat mengonsum­si singkong atau ketela yang disebut dengan rasi sebagai makanan pokok secara turun temurun. 

Diawali pada tahun 1918 ketika sawah-sawah yang mengering. Kemu­dian para leluhur menyarankan dan berpesan untuk menanamkan ketela sebagai pengganti padi. Karena tanaman ketela dapat dita­nam pada musim kering maupun musim hujan.

BACA JUGA:Dari Tanaman Hias Dapat Memberikan Rezeki Loh! Berikut Ini 3 Tanaman Hias, Wajib Anda Ketahui

Juga melihat ketersediaan lahan untuk menanam padi semakin sempit dan kecil. Banyak sawah yang telah berganti gedung.

Sejak 1924 masyarakat adat Cireundeu mulai mengongonsumsi ketela hingga saat ini. Masyarakat adat mengolah singkong dengan cara digiling, diendapkan dan disaring men­jadi aci atau sagu. Ampas dari olahan sagu yang dikeringkan juga dibuat men­jadi rasi atau beras singkong. 

Tidak hanya itu, singkong pun diolah menjadi berbagai camilan seperti opak, egg roll, cireng, simping, bolu, bahkan dendeng kulit singkong yang dikemas dan dijual sebagai oleh-oleh.

Dengan konsistensi masyarakat adat yang mengonsumsi rasi sebagai makanan pokok, membuat masyarakat adat tidak pernah mengonsumsi beras. Hal ini bukan berarti masyarakat adat mengharamkan beras dari padi, namun melestarikan dan mengikuti pesan sesepuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: