Warga Kampung Cireundeu, Miliki Kebiasaan Puasa Makan Nasi, Ternyata Terkait Ajaran Madrais Cigugur Kuningan

Warga Kampung Cireundeu, Miliki Kebiasaan Puasa Makan Nasi, Ternyata Terkait Ajaran Madrais Cigugur Kuningan

Potret rumah masyarakat Kampung Adat Cireundeu. -Thusyar Pratama/Ist-radarkuningan.com

BACA JUGA:5 Cara Agar Rumah Membawa Rezeki dan Keberkahan Menurut Islam, Muslim Wajib Tahu!

Sedangkan “Mibapa Ka Jaman” memiliki arti masyarakat Kampung Adat Cireundeu tidak melawan akan perubahan zaman akan tetapi mengikutinya seperti adanya teknologi, televisi, alat komunikasi berupa hand phone, dan penerangan. 

Masyarakat ini punya konsep kampung adat yang selalu diingat sejak zaman dulu, yaitu suatu daerah itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Leuweung Larangan (hutan terlarang) yaitu hutan yang tidak boleh ditebang pepohonannya karena bertujuan sebagai penyimpanan air untuk masyarakat adat Cireundeu khususnya.

Leuweung Tutupan (hutan reboisasi) yaitu hutan yang digunakan untuk reboisasi, hutan tersebut dapat dipergunakan pepohonannya namun masyarakat harus menanam kembali dengan pohon yang baru. Luasnya mencapai 2 hingga 3 hektar.

BACA JUGA:Ternyata Ini 3 Alasan Kenapa Kucing Suka Berantem Dengan Kucing Lainnya

Leuweung Baladahan (hutan pertanian) yaitu hutan yang dapat digunakan untuk berkebun masyarakat adat Cireundeu. Biasanya ditanami oleh jagung, kacang tanah, singkong atau ketela, dan umbi-umbian.

Jika mengunjungi kampung adat tersebut, begitu sampai di gerbang masuk, akan disambut monumen Meriam Sapu Jagat. Simbol Satria Pengawal Bumi Parahyangan ini juga dilengkapi tugu mungil bertuliskan Wangsit Siliwangi, yaitu jujur, ksatria, membela rakyat kecil, sayang pada sesama, dan menjadi wibawa.

Melewati Monumen Sapu Jagat, kemudian  masuk Gerbang Kampung Adat Cireundeu. Setelah 20 meter memasuki kawasan ini, akan menemukan Saung Baraya dan Bale Saresehan. 

Bale-bale ini biasa digunakan warga sekitar sebagai tempat pertemuan dan pagelaran seni. Bangunan dengan material bambu dan kayu ini memiliki luas sekitar 200 meter persegi.

BACA JUGA:Inilah 5 Pertanda Kucing Mendekati Kita, Ternyata Anabul Nyaman Sama Kalian

Setiap bulan Sura, bale-bale ini bakal digunakan untuk menggelar pertunjukan wayang golek. Tradisi ini merupakan bentuk syukur pada Sang Maha Pencipta, atas semua kenikmatan yang sudah diterima.

Kampung Cirendeu dihuni oleh 367 kepala keluarga atau kurang lebih 1.200 jiwa. Terdiri dari 550 orang perempuan dan 650 orang laki-laki. 

Kondisi sosial masyarakat di Cireundeu memiliki keadaan sosial yang terbuka dengan masyarakat luar. Namun kebanyakan masyarakat kampung Cireundeu tidak suka merantau atau berpisah dengan orang-orang sekerabat.

Pola pemukiman di Cireundeu memiliki pintu samping yang harus menghadap ke arah timur. Bertujuan agar masuknya cahaya matahari ke bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: