Warga Kampung Cireundeu, Miliki Kebiasaan Puasa Makan Nasi, Ternyata Terkait Ajaran Madrais Cigugur Kuningan

Warga Kampung Cireundeu, Miliki Kebiasaan Puasa Makan Nasi, Ternyata Terkait Ajaran Madrais Cigugur Kuningan

Potret rumah masyarakat Kampung Adat Cireundeu. -Thusyar Pratama/Ist-radarkuningan.com

BACA JUGA:8 Perilaku Kucing Sebagai Tanda Sayang Pada Kita, Bikin Baper! Cat Lovers Sudah Tahu?

Apalagi mereka percaya jika rasa kenyang dari konsumsi ketela lebih lama dibandingkan dengan padi. Sehingga masyarakat adat cukup makan dua kali sehari.

Tentang kebiasaan berpuasa makan beras dari padi ini, diungkapkan dalam salah satu prinsip hidup masayarakat adat ini.

“Teu Boga Sawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat.”

Artinya “Tidak Punya Sawah Asal Punya Beras, Tidak Punya Beras Asal Dapat Menanak Nasi, Tidak Punya Nasi Asal Makan, Tidak Makan Asal Kuat.”

BACA JUGA:Gegara Menyatakan Dukungan untuk Gibran, 13 Oknum Satpol PP di Garut Dijatuhi Sanksi Tidak Dapat Gaji 3 Bulan

Kalimat-kalimat tersebut seolah merangkum sejarah konsumsi rasi alias beras singkong di Kampung Cireundeu. Hal tersebut berkaitan pula dengan tradisi nenek moyang mereka yang kerap berpuasa mengonsumsi beras selama waktu tertentu.

Tujuan puasa tersebut adalah mendapat kemerdekaan lahir batin. Ritual yang juga sekaligus menguji keimanan seseorang dan pengingat akan kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.

Pengolahan singkong menjadi rasi telah dilakukan masyarakat Kampung Adat Cireundeu selama kurang lebih 85 tahun. Hal tersebut membuat mereka mandiri soal pangan. Kehidupan di sini bisa dibilang tak terpengaruh gejolak ekonomi-sosial, terutama soal fluktuasi harga beras.

Cireundeu berasal dari nama “pohon reundeu”, karena sebelumnya di kampung ini banyak sekali populasi pohon reundeu. Pohon reundeu itu sendiri ialah pohon untuk bahan obat herbal.

BACA JUGA:Selain Jadi Dekorasi Rumah yang Cantik dan Elegan, 5 Jenis Tanaman Hias Ini Dipercaya Sebagai Pembawa Rezeki

Maka dari itu kampung ini di sebut Kampung Cireundeu. Kampung Adat Cireundeu terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

Terdiri dari 50 kepala keluarga atau 800 jiwa, yang sebagia besar bermata pencaharian bertani ketela. Kampung Adat Cireundeu sendiri memiliki luas 64 ha terdiri dari 60 ha untuk pertanian dan 4 ha untuk pemukiman.

Sebagian besar penduduknya memeluk dan memegang teguh kepercayaan Sunda Wiwitan hingga saat ini. Selalu konsisten dalam menjalankan ajaran kepercayaan serta terus melestarikan budaya dan adat istiadat yang telah turun-temurun dari nenek moyang mereka.

Masyarakat adat Cireundeu sangat memegang teguh kepercayaannya, kebudayaan serta adat istiadat mereka. Mereka memiliki prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman” arti kata dari “Ngindung Ka Waktu” ialah sebagai warga kampung adat memiliki cara, ciri dan keyakinan masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: