Artificial Intelligence : Sebuah Gebrakan Baru dalam Kemajuan Industri Pangan

Artificial Intelligence : Sebuah Gebrakan Baru  dalam Kemajuan Industri Pangan

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan sebuah gebrakan baru di dunia teknologi dan menjadi salah satu topik yang semakin populer dan menarik bagi masyarakat modern sejak beberapa tahun terakhir. --

Oleh :
Ikeu Siti Khodijah
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Teknologi Pangan
Institut Pertanian Bogor
 
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan sebuah gebrakan baru di dunia teknologi dan menjadi salah satu topik yang semakin populer dan menarik bagi masyarakat modern sejak beberapa tahun terakhir. AI merupakan bidang ilmu yang berkaitan dengan mesin atau program yang dapat “belajar dan berpikir” seperti manusia sehingga dapat melakukan tugas-tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia dengan kecerdasannya. Dalam era digital yang semakin maju, teknologi AI dinilai sebagai salah satu kunci untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor, seperti manufaktur, keuangan, kesehatan, termasuk dalam sektor industri pangan.
 
Artificial intelligence pertama kali muncul pada tahun 1940-an sejak dimulainya perkembangan komputer digital. AI diciptakan dengan tujuan untuk meniru aktivitas kognitif manusia, seperti cara belajar (learning), melakukan penalaran (reasoning), mengambil keputusan (decision making), dan mengoreksi diri (self correction). Secara sederhana, cara kerja Artificial Intelligence adalah dengan memanfaatkan data yang diinput untuk dipelajari. 
 
Selanjutnya, AI akan mengidentifikasi data, menganalisis pola dan hubungan antar data, lalu mengambil keputusan berdasarkan apa yang dipelajarinya.  Tanpa kita sadari, penggunaan AI saat ini sudah sangat dekat dengan kita. Beberapa contoh penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam pembuatan website dengan memanfaatkan tools berbasis AI seperti ChatGPT, penggunaan layanan pelanggan virtual.
 
Seperti Chatbot, iklan atau rekomendasi produk yang muncul di berbagai platform sesuai dengan produk yang kita cari, bahkan di dunia hiburan ketika kita bermain-main dengan menggunakan filter kamera di aplikasi media sosial termasuk salah satu contoh penggunaan AI. 
 
Dalam beberapa tahun terakhir, AI telah mulai diimplementasikan dan dikembangkan pada industri pangan. Seiring dengan kemajuan teknologi pengolahan makanan, AI memainkan peran kunci dalam menangani seluruh tugas unit pemrosesan. AI telah mengubah industri makanan secara luas dengan membantu menciptakan sistem pengelolaan rantai supply-demand yang berkelanjutan, strategi pemasaran, penjualan makanan, kebiasaan makan dan sistem pengambilan keputusan atau preferensi konsumen, dan pengembangan produk baru.
 
Selain itu, pemanfaatan AI dalam industri pangan juga dapat dilihat pada kegiatan sortasi dan pengemasan produk.
Salah satu permasalahan yang dihadapi sebagian besar produsen pangan adalah kesulitan dalam menjaga kualitas produk. Salah satu penyebabnya bisa jadi karena ketidaktahuan produsen tentang rantai pasok bahan pangan serta manajemen waktu yang kurang baik dalam mengolah bahan baku makanan. 
 
Dalam industri pengolahan makanan, penyortiran dan pengemasan makanan adalah salah satu tugas yang cenderung membosankan dan memakan waktu yang cukup lama. Penggunaan sistem berbasis AI mampu meminimalkan peluang terjadinya kesalahan dan meningkatkan jumlah produksi. Dalam mengembangkan sistem penyortiran dan pengemasan berbasis AI ini, diperlukan jumlah data yang sangat banyak agar sistem dapat berjalan dengan baik dan terlatih untuk melakukan tugas secara efisien. 
 
Beberapa kelompok penelitian seperti TOMRA, telah berhasil merancang sistem sedemikian rupa sehingga dapat melakukan kegiatan sortasi dengan sangat efisien dengan tingkat akurasi 90% dan meningkatkan produksi menjadi lebih cepat, serta memberikan hasil yang berkualitas. 
 
Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa berbagai negara di dunia seperti Amerika Serikat juga telah membuat pedoman sanitasi unit pengolahan makanan dengan menerapkan sistem berbasis AI. Sistem berbasis AI pertama dirancang untuk mengenali sejumlah tertentu objek dan pengenalan wajah. 
 
Sistem ini digunakan untuk memantau individu yang tidak mengikuti pedoman sanitasi sehingga apabila ada data yang cocok maka dapat diselesaikan secara real time tanpa penundaan. 
 
Implementasi AI lainnya adalah mengarahkan preferensi dan pola makan konsumen. Dalam pengembangan ilmu sensori, AI berperan dalam memprediksi tingkat kesukaan terhadap suatu produk pangan, pemetaan bahan baku pangan di dunia dan memberikan saran komunikasi berdasarkan tingkat kesukaan konsumen. 
 
Selain itu, perkembangan dari profil aroma dapat dieksplorasi menggunakan AI. Mata, hidung, dan lidah elektronik dapat digunakan untuk menganalisis makanan mirip dengan panelis sensorik dan membantu dalam optimalisasi kontrol kualitas dalam produksi makanan. Hal ini tentu akan memudahkan produsen dalam pengembangan produk baru. 
 
Pengembangan dan peluncuran produk baru bagi para pelaku usaha di bidang pangan adalah satu satu yang harus diperhatikan dan dilakukan secara konsiten. Di industri makanan, peluncuran produk baru sepenuhnya tergantung pada kepentingan konsumen. Informasi yang dikumpulkan oleh berbagai sistem pengambilan keputusan untuk pelanggan sangat membantu dalam membuat produk baru.
 
Informasi yang dikumpulkan akan diproses oleh modul berbasis machine learning (ML) dan kemudian dipilih keputusan yang paling tepat terkait produk. Dengan menggunakan pendekatan berbasis AI, pertanyaan seperti “apa yang benar-benar konsumen cari” secara langsung dapat dijawab. 
 
Saat ini, hampir semua industri pengolahan makanan dan industri pengemasan produk makanan memanfaatkan AI untuk mengembangkan dan meluncurkan produk baru ke pasar, salah satu contohnya adalah penerapan self-service untuk minuman ringan yang dipasang oleh Coca-Cola. 
 
Dengan menggunakan mesin tersebut, pelanggan memiliki pilihan untuk membuat ribuan minuman dengan menambahkan variasi kecil dalam hal rasa. Aktivitas tersebut kemudian direkam oleh mesin, sementara analisisnya dilakukan oleh ML dan algoritma deep learning. 
 
Dengan menggunakan data tersebut, produk baru dapat diluncurkan. Salah satu contoh real time produk yang diluncurkan dari hasil penggunaan sistem ini adalah Cherry sprite. Tidak menutup kemungkinan dalam beberapa dekade mendatang, sebagian besar industri pangan akan memanfaatkan sistem rekomendasi AI untuk mengembangkan produk baru, termasuk dalam hal formulasinya.
 
Selain pemanfaatan AI seperti yang telah disebutkan di atas, dalam masalah sampah produk pangan, AI juga berperan untuk mengestimasi jumlah permintaan makanan, memprediksi volume sampah produk pangan, dan mendukung metode pembersihan yang efektif dengan smart waste management. Hal ini diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah yang berasal dari makanan secara signifikan.
 
Di Indonesia, penerapan AI pada industri pangan masih belum cukup familiar. Tentunya ini merupakan sebuah tantangan sekaligus kesempatan besar bagi para pelaku usaha di bidang pangan untuk mulai mengembangkan suatu sistem berbasis AI yang dapat memuat berbagai aplikasi dan fungsi untuk mendukung industri pangan nasional agar lebih maju. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: