Ketika Persib Bandung Dipermalukan Persik Kediri 0-2, Lebih Sakti Mana antara Maung dan Macan Putih?

Ketika Persib Bandung Dipermalukan Persik Kediri 0-2, Lebih Sakti Mana antara Maung dan Macan Putih?

Mitologi simbol klub Persib Bandung dan Persik Kediri. -Istimewa-radarkuningan.com

BACA JUGA:Lahir dan Besar di Surabaya, Rachmat Irianto Ternyata Keturunan Kuningan, Pantas Pilih Persib Bandung

Julukan tersebut juga diyakini membawa dampak positif bagi klub Persik Kediri. Julukan Macan Putih membuat klub asal Kediri ini memiliki pendukung yang semakin bertambah.

Macan Putih bahkan menjadi simbol kebangkitan Persik Kediri. Julukan ini sebenarnya baru dipatenkan pada tahun 2001. Setelah julukan ini eksis, prestasi Persik Kediri juga semakin meningkat.

Agak berbeda dengan penggunaan istilah Maung Bandung. Nama ini sebagai julukan Persib sudah muncul pada era 1990-an.

Julukan Maung Bandung bagi Persib terinspirasi dari sebuah lagu berjudul “Jung Maju Maung Bandung”. Lagu ini diciptakan Raden Aang Kusmayatna Kusiyana Samba Kurnia Kusumadinata.

BACA JUGA:Bobotoh Cantik Asal Kuningan Ini Diminta Lepas Atribut Persib, Ketika akan Masuk ke Stadion Gelora Bangkalan

Dia seorang seniman asal Jawa Barat yang populer dengan nama Kang Ibing. Lagu tersebut diciptakan saat Persib mengarungi kompetisi Perserikatan 1991.

Ketika itu, Persib berhasil menjadi kampiun kompetisi Perserikatan pada tahun tersebut. Persib memastikan gelar juara setelah mengalahkan Persebaya Surabaya dengan skor 2-0.

Terlepas dari fenomena tersebut, julukan Maung Bandung tersematkan dalam diri Persib. Bukan hal sepele julukan tersebut bisa tersematkan.

Filosofi maung (harimau) sudah lama tertanam dalam budaya masyarakat Sunda. Maung, bagi masyarakat Sunda, tak hanya dimaknai sebagai seekor hewan buas penguasa rimba raya.

BACA JUGA:Ayahnya Persebaya Tulen, Bobotoh Cantik Ini yang Bikin Rachmat Irianto Pindah ke Persib Bandung

Maung menempati posisi tertinggi dalam stratifikasi hewan yang hidup di Tatar Sunda. Yang memandang maung sebagai simbol semangat dan keberanian.

Budi Gustawan Khoeruman dan Hilman F menulis artikel berjudul "Antara Mitos dan Realitas: Historitas Maung Di Tatar Sunda”. Penulis dari Universitas Padjadjaran ini memandang masyarakat Sunda memaknai maung sebagai binatang mitologis.

Maung dipercaya sebagai jelmaan Prabu Siliwangi. Hal tersebut dipengaruhi melalui sebuah kisah perjalanan ngahiyang atau moksa Prabu Siliwangi beserta para pengikutnya. Mereka mengubah wujud menjadi harimau.

Kejadian itu ketika Pajajaran sedang terdesak dari serangan kerajaan Islam Banten dan Cirebon. Prabu Siliwangi beserta para pengikutnya lari ke Sancang, Garut Selatan, guna menghindari pertempuran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: