Survei Membuktikan: Warga Kabupaten Kuningan, Ciamis, Tasik Paling Tidak Betah di 'Lembur'

BACA JUGA:Bolehkah Makan Gorengan saat Buka Puasa? Simak Penjelasannya Berikut Ini, Jangan Salah!

Bahkan, angka migrasi neto seumur hidup tertinggi adalah Kota Depok dengan 59,50 persen, disusul Kota Bekasi 57,83 persen dan Kabupaten Bekasi 33,27 persen.

Sedangkan untuk migrasi neto risen, Kota Depok, Kota Sukabumi, dan Kota Cimahi merupakan tiga kabupaten/kota dengan angka migrasi neto risen antarkabupaten/kota tertinggi di Jawa Barat.

Dalam periode 2017-2022, terdapat penambahan 32-50 orang per 1.000 penduduk di ketiga kabupaten/kota tersebut karena adanya migrasi masuk.

Sebaliknya, Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Cirebon merupakan tiga kabupaten/kota dengan angka migrasi neto risen antarkabupaten/kota terendah di Jawa Barat.

BACA JUGA:Peringatan Dini BMKG: Jawa Barat Waspada Cuaca Ekstrem Sampai 20 Maret

Angka migrasi neto risen di ketiga kabupaten/kota tersebut bernilai negatif yang menunjukkan bahwa migran keluar lebih banyak dibandingkan migran yang masuk pada periode 2017-2022.

Mengacu pada pengertian dari BPS, bahwa angka migrasi neto seumur hidup adalah penduduk yang pada saat pencacahan tinggal di wilayah administrasi yang berbeda dengan wilayah administrasi tempat lahirnya.

Sedangkan Migran Risen (Recent Migrant) adalah mereka yang pindah melewati batas provinsi dalam kurun waktu (lima tahun) terakhir sebelum pencacahan.

Angka migrasi masuk adalah banyaknya migran masuk ke suatu provinsi per 1.000 penduduk provinsi tersebut.

BACA JUGA:PAN Kuningan Terpuruk, Hanya Mampu Raih 3 Kursi di DPRD Kuningan, Caleg Abdul Haris Kecewa Berat

Angka migrasi netto adalah banyaknya migran netto (masuk dikurangi keluar) per 1.000 penduduk provinsi tersebut.

Sumber: