Permintaan Sirup JuaraTerus Berkurang, Hanya Diproduksi saat Bulan Puasa

Permintaan Sirup JuaraTerus Berkurang, Hanya Diproduksi saat Bulan Puasa

Bagi masyarakat Kabupaten Kuningan yang lahir tahun 70-an, pasti sudah tidak asing dengan Sirup Juara. Sirup legendaris yang diproduksi warga Kuningan ini hingga sekarang masih bisa dinikmati. Sayangnya, produksi Sirop Juara hanya dilakukan saat bulan Ramadan saja.

ASEP KURNIA, Cigugur

Sirup Juara yang pertama kali diproduksi sekitar tahun 79 ini, awalnya dibuat di rumah dengan kapasitas masih terbatas. \"Awalnya ayah saya yang memulai usaha rumahan ini,\" ujar Aga Hariman (46).

Ayah Aga yang bernama Setia, adalah orang yang pertama kali merintis. Sirup yang diberi nama Sirup Juara ini, awal kemasan merupakan botol kaca. Awalnya, sirup diproduksi di rumah Setia di kawasan Jl Pasapen, Kuningan. Karena permintaan semakin banyak, pihaknya memindahkan lokasi pembuatan ke Jl Cigugur No 100.

\"Saya masih ingat, waktu ikut menjual di depan rumah kepada orang-orang yang lewat, waktu itu harganya sekitar 200 perak,\" ujar Aga mengenang masa kecilnya.

Sirup yang memiliki ciri khas warna magenta ini, dari hari ke hari terus berkembang, menjadikan permintaan konsumen semakin banyak. Para pembeli rela antre, terkadang bermalam di sepanjang Jl Cigugur untuk mendapatkan sirup legendaris tersebut. \"Waktu dulu, untuk memenuhi permintaan sirup diproduksi setiap hari,\" tambah Aga.

Pada zamannya, ada tiga produsen di wilayah Kuningan yang memproduksi sirup sejenis, tetapi satu persatu, mereka memilih menutup usahanya. \"Sekitar empat tahun ke belakang Sirup Jaya yang terakhir memilih tidak produksi lagi,\" tutur Aga.

Banyaknya sirup-sirup baru dan minuman cepat saji dengan banyak varian, membuat para produsen sirup lokal di Kuningan memilih tutup usahanya. Selain itu, bahan baku yang mahal, dan terkadang susah didapat, menjadikan usaha pembuatan sirup menjadi banyak kendala. \"Saya selalu menjaga kualitas, jadi bahan baku selalu nomor satu,\" papar Aga.

Dirinya terkadang kesulitan untuk mendapatkan gula pasir jenis rafinasi. Karena kalau menggunakan gula lokal terkadang warnanya agak kusam. \"Beda dengan sirup yang banyak menggunakan pemanis, Sirup Juara kalau sudah dibuka maka di ujung botolnya akan mengkristal, berarti pemanis dibuat dari gula,\" terang Aga.

Aga yang meneruskan usaha pembuatan sirup, memilih mengganti kemasan dari botol kaca ke botol plastik. Di samping untuk mempercepat produksi, penggunakan kemasan botol plastik untuk mengurangi limbah pencucian. \"Waktu masih pakai botol, yang mau beli harus tukar dengan botol bekas, jadi kami harus cuci dulu, dan itu butuh waktu,\" katanya.

Dengan berubah ke kemasan botol plastik, proses pembuatan menjadi lebih cepat, permintaan konsumen pun bisa dipenuhi dengan tidak memakan waktu banyak. \"Satu krat dulu berisi 24 botol, berat sekali, sekarang satu krat berisi 12 botol dan dibungkus plastik, jadi lebih ringan,\" sebut dia.

Namun, permintaan Sirup Juara dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal tersebut diantisipasi oleh Aga dengan memproduksi sirup sesuai permintaan saja. \"Dulu kita produksi sampai kewalahan, pernah suatu ketika baru berhenti produksi dua hari menjelang Lebaran,\" kenangnya.

Berkurangnya permintaan pasar, membuat Aga memproduksi sirupnya menjelang bulan puasa saja, itu pun diproduksi tergantung dari jumlah permintaan. \"Dua minggu jelang puasa saya baru produksi,\" katanya.

Sirup Juara memang memiliki rasa unik, orang-orang yang membeli terkadang para orang tua yang memiliki kenangan akan keberadaan sirup yang selalu ada di bulan puasa ini. \"Saya selalu pesan kepada ayah di Kuningan kalau masuk bulan puasa,\" ujar Nurlela, seorang penggemar sirup asal Kuningan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: