Ada 2 Versi, Nama Kuda Perang yang Jadi Ikon Kabupaten Kuningan, Si Windu atau Winduhaji?

Ada 2 Versi, Nama Kuda Perang yang Jadi Ikon Kabupaten Kuningan, Si Windu atau Winduhaji?

Ada 2 versi nama dari kuda perang Kuningan yakni Si Windu atau Winduhaji. -Istimewa-radarkuningan.com

BACA JUGA:Debat Capres Bahas Konflik Laut China Selatan, Anies Singgung Peran ASEAN

Seimbang dengan kelincahan dan kegesitannya itu, makanya bentuk tubuh atau perawakan kuda itu memiliki fisiknya lebih  ideal. Bertubuh kecil, tetapi tidak terlalu kecil, seperti kuda poni. 

Berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan induk semangnya dari Bima atau Sumbawa. Kuda indukan itu terkenal jangkung pangguh.

Pada waktu itu kuda dari Kuningan ini digunakan sebagai kuda tunggangan pemiliknya. Semacam kendaraan pribadi sekarang ini.

Kuda-kuda itu khusus dimiliki oleh para pejabat atau kalangan keraton. Selain itu juga sebagai kuda tunggangan untuk berperang. Namanya kuda perang.

BACA JUGA:Mulai Panas! Debat Capres Bahas Utang Luar Negeri, Prabowo: Jangan-jangan Buku Kita Sama Pak Ganjar

Salah satu kuda yang hebat itu pernah tercatat dalam sejarah Kuningan. Kuda itu bernama Si Windu atau Si Winduhaji.

Kuda perang tersebut peliharaan dan menjadi tunggangan Dipati Ewangga, seorang panglima pasukan Kuningan. Pernah dipakai dalam berbagai perang Dipati Ewangga. 

Di antaranya bertempur membantu Cirebon menundukkan Galuh. Kemudian melawan Wiralodra Indramayu. Bahkan berperang ke Sunda Kelapa menundukkan Portugis. 

Ada sumber yang mengatakan, kegesitan dan kelincahan Si Windu terlihat ketika Depati Ewangga bertempur melawan Wiralodra yang menunggang gajah. Dengan ketangguhan dan kegesitan kuda “Si Windu” pertempuran tersebut akhirnya dimenangkan Sang Depati.

BACA JUGA:Adu Gagasan Soal Tumpang Tindih Kelembagaan, Prabowo Sepakat dengan Ganjar, Anies Bicara Ancaman

Kisah heroik kuda Kuningan dalam peperangan tersebut mencuatkan istilah jargon pujian yang sangat populer. “Kecil-kecil Kuda Kuningan”, begitu jargon tersebut jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Yang artinya walaupun bertubuh kecil tetapi jangan dianggap enteng. Karena ketangguhan dan kegesitannya itu, ternyata bisa  mengalahkan yang besar. 

Sekarang jargon itu digunakan dalam pengertian luas. Terutama tentang Kuningan dan masyarakatnya. 

Misalnya, memberi julukan bagi orang Kuningan yang sukses di perantauan. Atau, pujian dan sanjungan lainnya. Kiasan itu sinonim dengan kalimat “kecil-kecil cabai rawit”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: