Jejak Istana Pajajaran, Berkabut dan Dijaga Sejumlah Harimau, Prabu Siliwangi Nga-Hyang jadi Maung?

Jejak Istana Pajajaran, Berkabut dan Dijaga Sejumlah Harimau, Prabu Siliwangi Nga-Hyang jadi Maung?

Lukisan tertua Buitenzorg atau Bogor 1770 yang merupakan pusat dari Kerajaan Pajajaran. -Istimewa-radarkuningan.com

BACA JUGA:Blak-Blakan! Coach Justin Minta Erick Thohir Kontrak Shin Tae Yong Diperpanjang

Menurut Hiski, temuan lapangan ekspedisi Scipio itu mengindikasikan bahwa kawasan Pakuan yang ratusan tahun sebelumnya merupakan pusat kerajaan Pajajaran, telah berubah menjadi sarang harimau. 

Hal inilah yang menimbulkan mitos bernuansa mistis di kalangan penduduk sekitar Pakuan. Terutama mengenai hubungan antara keberadaan harimau dan hilangnya Kerajaan Pajajaran. 

Berbasiskan pada laporan Scipio ini, dapat disimpulkan bila mitos maung lahir karena adanya kekeliruan sebagian masyarakat dalam menafsirkan realitas.

Sesungguhnya, keberadaan harimau di pusat Kerajaan Pajajaran bukanlah hal yang aneh. Mengingat, kawasan tersebut sudah tidak berpenghuni setelah ditinggalkan sebagian besar penduduknya.

BACA JUGA:5 Tips Merawat Janda Bolong Agar Daunnya Sehat dan Tidak Keriting, Simak Caranya Di sini!

Peristiwa itu terjadi di penghujung masa kekuasaan Prabu Nilakendra. Atau ratusan tahun sebelum tim Scipio melakukan ekspedisi penelitian.

Sepeninggal para penduduk dan petinggi kerajaan, Pakuan berangsur-angsur menjadi hutan. Bukanlah suatu hal yang aneh bila akhirnya banyak harimau di kawasan yang telah berubah menjadi leuweung tersebut.

Menurut Hiski Darmayana dalam bukunya “Prabu Siliwangi dan Mitos Maung dalam Masyarakat Sunda”,  tak ada  bukti sejarah yang menghubungkan Prabu Siliwangi atau Kerajaan Pajajaran dengan simbol harimau. 

Adapun yang mengatakan bahwa harimau pernah menjadi simbol Pajajaran, tulis Hiski adalah salah satu tokoh Sunda sekaligus orang dekat Otto Iskandardinata, Dadang Ibnu. 

BACA JUGA:4 Cara Menghilangkan Bau Kencing Kucing yang Menyengat, Bisa Gunakan Cuka dan Soda Kue

Tetapi, lagi-lagi, tidak ada bukti sejarah Sunda yang dapat memperkuat hipotesa ini. Baik itu Carita Parahyangan, Siksakanda Karesian, ataupun Wangsakerta. 

Bahkan mengenai lambang Kerajaan Pajajaran pun masih debatable. Hal ini dikarenakan ada beragam versi lain yang mengemuka menyangkut lambang Pajajaran.

Problem lain yang muncul berkaitan dengan kebenaran sejarah “maung Siliwangi”, ialah rentang waktu. Cukup jauh rentang waktunya antara masa ketika Prabu Siliwangi memerintah dengan runtuhnya Kerajaan Pajajaran. 

Apalagi dalam mitos maung berakhir dengan penjelmaan Siliwangi dan para pengikut Pajajaran menjadi harimau di hutan Sancang, Garut Selatan. Sangat tidak masuk logika sejarah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: