Daeng Soetigna dan Perubahan Angklung di Kuningan dari Pentatonis ke Diatonis Berguru ke Kuwu Kucit

Daeng Soetigna dan Perubahan Angklung di Kuningan dari Pentatonis ke Diatonis Berguru ke Kuwu Kucit

Daeng Soetigna, sosok yang berperan dalam perubahan angklung dari alat musik tradisional dengan nada pentatonis menjadi diatonis.-Collectie Tropen Museum - Tangkapan layar-radarkuningan.com

BACA JUGA:Cegah Ular Masuk Rumah! Ini 7 Bau Alami yang Ampuh Mengusir Ular

Tujuan kedatangan sang guru yang lahir di Garut Jawa Barat itu, untuk belajar musik tradisional itu.

Ketika itu, musik angklung masih menggunakan tangga  nada pentatonis. Belum seperti yang dikenal seperti sekarang ini. 

Jenis musik ini, ketika itu, masih dengan 5 nada primer.  Dengan mengunakan tangga pentatonik.

Sebagian besar alat musik tradisional masih menggunakan tangga nada pentatonik. Selain angklung, ada calung, gamelan, gambang kromo, tifa dan indiokardo empat dawai.

BACA JUGA:Ini Manfaat Memelihara Kucing di Rumah, Benarkah Bisa Turunkan Risiko Akibat Sakit Jantung? Simak Ulasannya!

Seperti diketahui, angklung merupakan alat musik tradisional asli Jawa Barat yang terbuat dari tabung-tabung bambu. Nada yang dihasilkan berasal dari efek benturan tabung-tabung bambu tersebut dengan cara digoyangkan.

Nada pentatonis sering dijumpai pada lagu-lagu rakyat. Jenisnya ada 2, yakni pentanis pelog dan pentatonis slendro.

Nah, ketika itu, angklung tak bisa dimainkan bersamaan dengan musik kontemporer. Misalnya  musik jazz, pop, maupun rock. Angklung hanya bisa mengikuti jenis alat musik seperti gamelan, calung dan gambang kromo.

Setelah perjumpaan antara Daeng Soetigna dengan Kuwu Kucit pada tahun 1938 itu, barulah keduanya bahu membahu mengembangkan angklung lebih moderen lagi. 

BACA JUGA:Baunya Ditakuti Oleh Kecoak, Ini Dia 6 Bau Wangi Yang Tidak Disukai Oleh Kecoak, Ampuh Usir Kecoak!

Berkat ketekunan keduanya, berhasil menjadikan angklung dengan nada diatonis. Alat masik asli Jawa Barat ini pun bisa mengiringi musik moderen. Seperti jazz, rock dan pop.

Kepada Kuwu Kucit, Daeng Sutigna bukan hanya belajar bermain musik. Dia juga belajar membuat angklung. Dari cara memilih bambu yang tepat, sampai menyesuaikan nadanya hingga menjadi musik yang enak dinikmati.

Yang dimaksud diatonis adalah tangga nada yang mempunyai dua jarak, yakni satu dan setengah. Jenis tangga nada ini sering ditemukan pada musik-musik moderen atau kontemporer.

Buah usaha Kuwu Kucit dan Daeng Soetigna inilah yang bisa menerebos tradisi. Alat musik ini akhirnya bisa mendunia. Bersanding dengan alat musik kontemporer lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: