Penanganan Macan Tutul di Gunungmanik dan Gunung Syawal Berbeda, Lokasi di Kawasan Perhutani

Penanganan Macan Tutul di Gunungmanik dan Gunung Syawal Berbeda, Lokasi di Kawasan Perhutani

Penanganan macan tutul di Desa Gunungmanik, Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan menggunakan pola berbeda oleh BKSDA. -Andre Mahardika-radarkuningan.com

RADARKUNINGAN.COM - Penanganan macan tutul di Desa Gunungmanik, Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan, berbeda dengan yang dilakukan di Gunung Syawal, Kabupaten Ciamis.

Pendekatan berbeda dilakukan karena faktor otoritas kawasan. Di Gunung Syawal, Kabupaten Ciamis, kawasan hutan tersebut menjadi tanggung jawab dari BKSDA.

Kemudian jauh dari permukiman warga. Sehingga seminimal mungkin dilakukan penangkapan, sampai spesies macan tutul jawa tersebut kembali ke habitat aslinya.

Sebab, di sana juga terdapat petugas patroli yang secara rutin melakukan pengawasan.

BACA JUGA:Proses Hukum Maarten Paes Bermain untuk Timnas Indonesia, PSSI: Sudah Dihitung Celah-Celah Hukumnya

Kepala BKSDA Jawa Barat Resor Cirebon, Slamet Priyambada mengatakan, kasua berbeda dengan kawasan hutan di Gunungmanik merupakan wilayah Perhutani.

"Saya titip pesan juga ke pak bupati, menurut saya ada pembeda. Kalau Gunung Syawal itu memang seminimal mungkin tidak ditangkap, karena itu memang kawasan KSDA yang ada petugasnya setiap hari patroli untuk mengawasi," kata Slamet kepada radarkuningan.com.

Lokasi tersebut, kata Slamet, sebetulnya otoritas Perhutani. Harusnya Perhutani juga memiliki manajemen konservasi satwa.

"Masyarakat juga mungkin taunya yang berhubungan dengan satwa atau konflik hutan, ya tertuju ke KSDA. Kami harapkan ada kerjasama semua pihak. Ini fenomena konflik yang harus segera ditangani bersama demi kemaslahatan masyarakat," bebernya.

BACA JUGA:Secercah Harapan Maarten Paes Bermain di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Mendatang, Masih Fifty-Fifty!

Saat ini, BKSDA melakukan kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satunya mempelajari fenomena lingkungan yang terjadi. 

Sebab, bila diamati pergerakan macan tutul jawa tersebut berada di sekitar tebing yang berjarak sangat dekat dengan jalan. 

Dari pengamatan radarkuningan.com, tebing tersebut memang terdapat aliran air.

Slamet sepakat agar dilakukan kajian terkait faktor ini. Apakah karena pengaruh cuaca, sehingga macan tutul jawa ini keluar dari dalam hutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: