Kisah Tragis Kuwu Pertama Desa Cilimus, Jasad Dimutilasi jadi 3 Bagian, Dikuburkan di 3 Tempat Berbeda

Kisah Tragis Kuwu Pertama Desa Cilimus, Jasad Dimutilasi jadi 3 Bagian, Dikuburkan di 3 Tempat Berbeda

Ki Sacawana Kuwu Pertama Desa Cilimus, Kabupaten Kuningan diabadikan menjadi nama gedung dekat Taman Cilimus. -Istimewa-radarkuningan.com

BACA JUGA:Kabupaten Kuningan Pernah Memiliki Kualitas Kopi Terbaik di Jawa, Setahun Ditarget Hasilkan 10 Ribu Pikul

Tempat yang biasanya Ki Sacawana beserta pengikutnya menyamun barang-barang upeti tersebut,  kini dikenal dengan nama Ciloklok. Nama itu mengandung arti “ditelan bulat-bulat”.

Pada akhirnya perbuatan dan sepak terjangnya lambat laun diketahui oleh pihak Keraton Kasepuhan. Dia pun mendapatkan peringatan untuk menghentikan aksinya tersebut. Namun, peringatan itu tidak digubris. 

Aksi pembangkangan tersebut bukan hanya karena menghendaki barang rampasan semata. Namun, lebih dari itu sebagai upayanya untuk melemahkan Kesultanan Cirebon dan Belanda.  

Di antaranya dengan memutuskan mata rantai upeti dari wilayah kidul. Juga, sebagai sikap balas dendam atas nasib kedua leluhurnya.

BACA JUGA:Desa di Pedalaman Kuningan Ini Sudah Ada Sejak Zaman Prabu Siliwangi, Juga Dikaitkan Legenda Lutung Kasarung

Akhirnya, pihak keraton di Cirebon memutuskan untuk membunuh Ki Sacawana. Di antaranya dengan mengirimkan puggawa beserta pendekar-pendekar keraton. Tetapi tindakan itu selalu mengalami kegagalan karena kesaktian Ki Sacawana.

Namun selanjutnya ada penghianatan di barisan pendukung Sacawana. Pengkhianat itu memberitahukan kelemahan sosok sakti pemilik Ajian Rawe Rontek tersebut.

Konon, Ki Sacawana hanya dapat dibunuh dengan cara bagian tubuhnya dipisah-pisahkan atau dimutilasi. Bagian tubuh yang dimutilasi harus dikuburkan secara terpisah-pisah pula.

Pada suatu ketika, datanglah di Linggajati seorang yang berpakaian kyai yang akan menjajal kesaktian Ki Buyut Sacawana. Kyai tersebut sudah mengetahui weton kelahirannya Ki Sacawana sehingga bisa mengetahui hari naasnya.

BACA JUGA:Diskusi Seniman Cirebon Raya untuk Hasilkan Cuan, Bahas Peluang Komersil dari Hasil Karya

Di hari naas itu, Ki Sacawana ditantang kyai tadi untuk perang tanding. “Cadu mundur sanyari bumi”, Ki Sacawana menerima tantangan itu.

Perang tanding kedua orang sakti itupun terjadi. Lokasinya digambarkan di tanah lapang yang dikelilingi banyak pohon pinus di lereng Gunung Ciremai. Mungkin di sekitar   Gunung Deukeut Desa Setianegara sekarang.

Perang tanding itu sangat alot. Digambarkan perang tanding dimulai dari pagi hingga sore. Tak ada seorang pun yang berani memisahkan.

Ki Sacawana bersenjatakan pusaka semacam golok panjang atau pedang. Si Kyai Keraton otu bersenjatakan keris berwarna putih luk-8 serta bisa memancarkan sinar putih keperakkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: