VOC Telusuri Istana Kerajaan Pajajaran, Kirim 3 Tim Ekspedisi ke Selatan Jawa, Pelajari Batutulis
VOC mengirim 3 tim ekspedisi untuk menelusuri Kerajaan Pajajaran. Foto tangkapan layar Peta Pulau Jawa Abad 16.-Istimewa - Foto via East Java-radarkuningan.com
Antara jalan berbatu dengan batu besar yang indah dihubungkan oleh "Gang Amil". Lahan di bagian utara Gang Amil ini bersambung dengan Bale Kambang atau rumah terapung.
Bale kambang ini adalah untuk bercengkrama raja. Contoh bale kambang yang masih utuh adalah seperti yang terdapat di bekas Pusat Kerajaan Klungkung di Bali.
Dengan indikasi tersebut, lokasi keraton Pajajaran mesti terletak pada lahan yang dibatasi Jalan Batutulis di sisi barat, Gang Amil di sisi selatan, bekas parit yang sekarang dijadikan perumahan di sisi timur) dan "benteng batu" yang ditemukan Scipio sebelum sampai di tempat prasasti di sisi utara.
Bale Kambang terletak di sebelah utara atau di luar benteng. Pohon beringinnya berada dekat gerbang Pakuan di lokasi jembatan Bondongan sekarang.
Dari Gang Amil, Winkler memasuki tempat batu bertulis. Dia memberitakan bahwa "Istana Pakuan" itu dikeliligi oleh dinding dan di dalamnya ada sebuah batu berisi tulisan sebanyak delapan setengah baris.
Dia menyebut demikian karena baris ke-9 hanya berisi 6 huruf dan sepasang tanda penutup. Yang penting, untuk kedua batu itu Winkler menggunakan kata "stond" (berdiri).
BACA JUGA:Pupus Sudah Peluang Indonesia Lolos 16 Besar Piala Asia, Hanya Menyisakan Ini
Jadi setelah terlantar selama kira-kira 110 tahun sejak Pajajaran hancur oleh pasukan Banten tahun 1579, batu-batu itu masih berdiri dan masih tetap pada posisi semula. Dari tempat prasasti, Winkler menuju ke tempat arca. Pada umum disebut Purwakalih. Sementara ilmuwan Belanda Pleyte mencatat nama Purwa Galih.
Di sana terdapat tiga buah patung. Menurut informan Pleyte adalah patung Purwa Galih, Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung.
Nama trio ini terdapat dalam Babad Pajajaran. Babad itu ditulis di Sumedang pada tahun 1816 pada masa bupati Pangeran Kornel. Kemudian disadur dalam bentuk pupuh 1862.
Penyadur naskah babad mengetahui beberapa ciri bekas pusat kerajaan. Seperti juga penduduk Parung Angsana dalam tahun 1687 mengetahui hubungan antara "Kabuyutan" Batutulis dengan kerajaan Pajajaran dan Prabu Siliwangi.
Menurut babad ini, "pohon campaka warna", sekarang tinggal tunggulnya, terletak tidak jauh dari alun-alun.
3. Laporan Abraham van Riebeeck
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: