Berkelana 18 Ribu Kilometer, Kisah 17 Warga Cilimus yang Dikirim ke Suriname, Tetap Gunakan Bahasa Sunda

Berkelana 18 Ribu Kilometer, Kisah 17 Warga Cilimus yang Dikirim ke Suriname, Tetap Gunakan Bahasa Sunda

Kisah warga dari Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan dikirim Belanda ke Suriname.-Repro Buku Kabar Tersiar dari Lereng Ciremai hingga Bukit Walisongo Permai-radarkuningan.com

BACA JUGA:Memiliki Hobi Berkebun Namun Lahan Rumah Minimalis? Inilah Cara Membuat Vertikal Garden agar Terlihat Estetik

Mereka berasal dari Haurkoneng, Gandasoli, Karangmangu, Ciawigebang, Awirarangan, Cijoho, Darma, Bojong Cilaja dan lainnya.

Salah seorang buruh kontrak asal daerah Kuningan adalah Anta, seorang pria asal Desa Giboeg. 

Daerah Giboeg yang dimaksud, bukanlah Desa Bojong atau Bojong Gibug yang ada saat ini. Berdasarkan topografi Kuningan tahun 1919-1921, wilayah Giboeg yang dimaksud adalah daerah dekat Kota Kuningan.

Pada 27 Juli 1925, Anta, pria bertinggi 160 cm itu meninggalkan kampung halamannya. Di usianya yang baru menginjak 23 tahun, ia hendak berlayar menuju Suriname.

BACA JUGA:Apakah Bisa Sirih Gading Dijadikan Vertical Garden? Inilah Jenis Sirih Gading yang Cocok dengan Beragam Warna!

Berangkat dari Tanjung Priok, Anta dan banyak imigran dari Jawa akan dipekerjakan di Paramaribo. Ia bekerja di perkebunan Belwaarde.

Melalui kapal “Samarinda,” tibalah dia di Paramaribo dan bekerja sejak 13, September 1925 sampai dengan 13, September 1930.

Pria asal Giboeg bekerja di negara koloni Belanda bersama-sama dengan puluhan ribu warga Hindia yang didatangkan ke Suriname.

Menariknya, nama-nama imigran dari Tjilimoes dan sekitarnya tersebut juga terdokumentasi.

BACA JUGA:Apakah Kucing Boleh Makan Buah? Inilah 6 Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Kucing, Bisa untuk Camilan Sehat

Mereka adalah Adnawi (asal Randoebawa), Ahmad (Sampora), Bok Boeminah (Tjilimoes), Darma (Sangkanberang; maksudnya Sangkanherang?), Hoesen (Tjilimoes), Miranta (Tjilimoes), Nji Siti (Bebean).

Berikutnya, Nji Soeirah (Timbang), Perwatawidjaja (Bandar Sakoelon, maksudnya Bandorasa Kulon), Ratam (Sadametjah), Ratoem (Komarong/Kamarang?), Sakim (Kadoeëla), Saleh (Djalaksana), Sawat (Randoekawa/Randobawa?), Soemantra (Djalakrama), Tahar (Koreak) dan Tjatrak (Tjilimoes). 

Salah satu yang terdokumentasi adalah Tjatrak yang bertubuh besar nan kekar meski tidak terlalu tinggi. Pria berusia 36 tahun itu berangkat ke Suriname pada 15 Desember 1921. 

Anak dari Salem itu meninggalkan tanah air melalui pelabuhan Tanjung Priok dengan kapal “Banda.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: