Kisah Masa Lalu Masyarakat Tionghoa di Cilimus Kuningan, Akibat Wabah Disentri, Setiap Hari 1 Orang Meninggal
Masyarakat di Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan pernah terserang wabah disentri di zaman penjajahan Belanda. -Yuda Sanjaya/Dok-radarkuningan.com
Banyak orang meninggal di desa-desa yang jauh dari kota. Penyakit disentri menyebar cepat di Cilimus.
Dari data yang ditulis Peter, setidaknya ada satu orang Cilimus meninggal tiap harinya. Mereka tidak mengenal pengobatan modern. Mereka hanya berdoa dan menyerahkan diri kepada Tuhan.
Apalagi tak ada rumah sakit atau balai pengobatan di Cilimus. Hanya ada satu mantri dan itu pun tinggal di Kuningan atau Cirebon.
Warga tidak mampu membayar dokter dan membeli obat-obatan dari apotik. Mereka lebih memilih pengobatan tradisional. Ditambah ada pandangan curiga terhadap obat-obatan dari Barat.
BACA JUGA:Cilimus Dulu Bukan Bagian dari Kabupaten Kuningan Ada di Bawah Pemerintah Cirebon
Rumor yang menyebar di kalangan masyarakat desa bahwa dokter itu tidak cukup terlatih dan tidak cukup terpercaya. Karenanya, mereka lebih memercayai dukun yang juga bisa memanggil roh halus.
Dokter menjadi tidak cukup populer. Termasuk ketika mereka menyarankan Kuwu Cilimus untuk mengarantina pasien.
Kerabat terdekat pasien memilih untuk berpuasa atau tidak memakan garam dan daging sembari berdoa pada malam hari. Mereka berharap ada mukjizat yang menyembuhkan anggota keluarga yang terkena penyakit disentri itu.
Bukan hanya warga lokal, orang Tionghoa pun banyak yang terkena disentri. Salah satunya Peter Liang Tek Sun. Dia terkena disentri pada 1924. Ketika dia berusia 5 tahun.
BACA JUGA:Ini 5 Manfaat Memiliki Kucing Kampung, yang Seringkali Diremehkan dan Tidak Diketahui Banyak Orang!
Dia menderita diare yang membuatnya sering keluar lendir dan darah. Setelah 2 bulan sakit, wajahnya terlihat pucat dan badannya kurus. Kakeknya yang bernama Sun Hong Kok, pun tak memanggil dokter.
Sang kakek lebih memilih tabib Tionghoa yang memberikan Peter obat-obat tradisional. Kakek Peter sendiri sesungguhnya adalah seorang “Feng Shui Sinshee”.
Sang kakek selalu dimintai pendapat oleh tetangganya yang akan membuat rumah, menikah dan memulai usaha. Mereka menanyakan tentang hari baik agar bisa membangun rumah tangga yang bahagia atau sukses dalam usaha.
Satu hari, kakeknya meminta memindahkan kamar tidur Peter. Kakek Sun bermimpi dia bertemu dengan orang tua yang menasihatinya agar memindahkan pohon mangga ke sudut barat halaman belakang jika ingin menyelamatkan pohon tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: